Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Yenny Wahid dan Edward Suhadi Bicara Problematika Sosial Selama Pandemi Covid-19

Dalam perbincangan itu, Yenny dan Edward berbicara seputar social distancing dan problematika sosial yang menyertainya selama pandemi Covid-19.

Apa saja pembicaraan mereka? Berikut rangkumannya.

Edward pahami posisi perantau

Edward mengaku mengerti dengan keadaan masyarakat Indonesia kelas menengah ke bawah yang mudik di tengah masa social distancing akibat pandemi Covid-19.

Sebab, menurut Edward, masyarakat tengah mengalami keadaan yang terdesak di kota rantaunya.

"Tapi buat jutaan orang, jauh lebih kompleks itu ya (korbankan rasa kangen), yang enggak bisa makan di sini, makan di mana? Orangtuanya sudah renta di kampung," kata Edward.

"Jadi enggak semudah anak-anak Jaksel ngomong 'peduli kesehatan, tetap mau mudik', jadi enggak semudah itu, memang aku sangat mengerti juga," ujar Edward. 

Apalagi, kata Edward, banyak yang penghasilannya menurun, tetapi tetap harus terpaksa membayar kontrakan atau indekos.

Dalam suatu kesempatan, Edward sempat melihat unggahan media sosial yang mengecam masyarakat yang tetap mudik di tengah social distancing.

Dalam unggahan tersebut, Edward mengaku tertegun dengan komentar di dalamnya.

"Baca reply-nya, biasanya banyak anak perantau yang bilang 'kamu enggak lihat dari sudut pandang kita, kita juga enggak mau mencelakakan orangtua kita, di sini kita enggak punya duit, mau makan apa? Duit tinggal Rp 5.000'," kata Edward menirukan perkataan perantau.

Dengan hal ini, Edward tetap mempercayakan kepada pemerintah Indonesia untuk menanggulangi problematika tersebut. 

Dalam hal ini Yenny memberi contoh soal melakukan isolasi diri atau social distancing di rumah masing-masing.

Agar ikhlas melakukan anjuran pemerintah tersebut, kata Yenny, masyarakat Indonesia harus memikirkan orang-orang yang ada di sekitar yang dikasihinya.

"Kalau kita melalukan social distancing itu artinya kita ingin menyelamatkan family kita, keluarga kita, ingin menyelamatkan tetangga-tetangga kita, ingin menyelamatkan orang orang yang kita kasihi," ujar Yenny.

Jika itu yang dipikirkan masyarakat Indonesia, menurut Yenny, tiap orang akan lebih ikhlas menjalaninya.

Tetap saling menolong meski wabah sudah berakhir. 

Yenni merasa kegiatan sosial yang dilakukan masyarakat dalam situasi pandemi Covid-19 ini akan bertahan setelah wabah ini tidak ada.

"Kalau kata pakar, sebuah kebiasaan itu kalau dilakukan selama 21 hari, minimal, itu bisa punya kesempatan untuk jadi kebiasaan, sebuah hal, sebuah kegiatan gitu ya," kata Yenny.

Yenny mengatakan, pada dasarnya manusia memiliki sifat suka menolong orang lain.

"Namun, banyak orang yang punya sifat altruistik, suka menolong orang lain, terpanggil ketika ada orang lain yang susah. Dalam masa krisis ini, kita melihat banyak sekali umat manusia ternyata yang punya sifat altruistik," kata Yenny.

Di masa sulit seperti saat ini, kata Yenny, banyak orang terpanggil untuk menolong orang-orang yang mengalami kesusahan.

https://www.kompas.com/hype/read/2020/04/06/102800766/ketika-yenny-wahid-dan-edward-suhadi-bicara-problematika-sosial-selama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke