JAKARTA, KOMPAS.com - Sejalan dengan pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung, remote working akan tetap menjadi tren.
Fleksibilitas ketika remote working membuat kita merasa nyaman untuk bekerja dari mana saja. Sebab, tipe bekerja yang satu ini tidak mengharuskan untuk datang ke kantor.
Ernest&Young melakukan sebuah survei untuk melihat pandangan dari sekitar 16.000 karyawan yang tersebar di 16 negara. Sebanyak 1.037 responden berasal dari Kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Baca juga: Menurut Psikolog, Ini 3 Warna untuk Tingkatkan Produktivitas Saat WFH
Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 32 persen lebih memilih untuk bekerja dari mana saja, 29 persen remote working, dan 23 persen hybrid. Bahkan ketika pembatasan akibat pandemi Covid-19 melandai, hanya sekitar 15 persen karyawan di Asia Tenggara memilih untuk bekerja dari kantor.
Hasil dari survei itu juga memaparkan, 9 dari 10 orang karyawan lebih menginginkan fleksibilitas, baik waktu dan tempat untuk mereka bekerja.
Dua tahun terakhir, orang-orang sudah merasakan kebebasan, serta fleksibilitas dengan remote working. Meskipun bekerja dari jarak jauh, kita tetap dapat terhubung dan melakukan komunikasi satu sama lain.
Penggunaan perangkat-perangkat elektronik pendukung seperti headset digunakan untuk menunjang proses komunikasi tersebut. Namun, apakah perangkat yang digunakan dapat mempengaruhi kesehatan telinga?
Baca juga: 5 Aksesori Meja Kerja yang Dapat Menunjang WFH dari IKEA
Sebab, headset merupakan perangkat utama keberlangsungan komunikasi virtual yang maksimal. Karena dapat bekerja dari mana saja, tanpa adanya aturan waktu yang mengikat, pekerja remote working cenderung menggunakan headset selama berjam-jam.
Dalam beberapa kesempatan, dr Eka Putra Setiawan, Sp THT-KL mengatakan, meningkatnya penggunaan headset ketika pandemi karena orang-orang banyak menghabiskan waktunya di rumah.