Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profesor Korsel Bangun Bunker Rp 767 Juta untuk Berlindung dari Nuklir Korea Utara

Kompas.com - 28/10/2022, 08:32 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

JECHEON, KOMPAS.com - Jika Korea Utara melancarkan serangan nuklir ke Korea Selatan, profesor arsitektur Lee Tae-goo akan masuk bunker yang dibangun khusus dan tinggal di bawah tanah setidaknya selama dua minggu untuk menghindari paparan radiasi.

Dengan dinding beton tebal, pintu baja, dan sistem pemurnian udara, Lee mengeklaim tempat perlindungannya yang terkubur satu meter di bawah permukaan Bumi bisa membuatnya aman dari bencana nuklir dan menahan serangan langsung dari rudal konvensional.

Dibangun di propertinya di kota Jecheon sekitar 120 kilometer tenggara ibu kota Seoul, bunker yang didanai pemerintah itu adalah bagian dari kampanye Lee untuk membuat warga Korea Selatan lebih serius bersiap menghadapi dampak nuklir.

Baca juga: Cara Miliarder Dunia Hadapi Hari Kiamat, Bikin Bunker hingga Beli Tanah di Selandia Baru

"Hanya 100 kilometer jauhnya dari sini ada Korea Utara, dari mana rudal biologis atau nuklir bisa terbang," kata Lee kepada AFP, dikutip pada Kamis (27/10/2022).

Dia juga sangat prihatin tentang kehancuran seperti Fukushima di salah satu reaktor nuklir tua Korea Selatan.

“Warga Korea Selatan tidak diharuskan membangun tempat penampungan pribadi selama berabad-abad. Ada kekurangan tempat penampungan umum dan dalam banyak kasus lokasinya jauh,” tambahnya.

Sejak Perang Korea berakhir pada 1953 dengan gencatan senjata alih-alih perjanjian damai, Seoul secara teknis masih berperang dengan Pyongyang. Kedua pihak sering saling tuduh atas provokasi yang dapat mengarahkan mereka kembali ke konflik terbuka.

Meskipun militer Seoul mempertahankan kesiapan penuh untuk serangan, Lee merasa sebagian besar warga sipil sudah melupakan perang dan tidak siap bertempur.

Korea Selatan memiliki jaringan lebih dari 17.000 tempat perlindungan bom secara nasional menurut data Kementerian Dalam Negeri Korsel, dengan lebih dari 3.000 di antaranya berada di Seoul.

Stasiun kereta bawah tanah kota berfungsi ganda sebagai tempat perlindungan serangan udara bagi publik, tetapi tidak aman dari nuklir.

Baca juga:

Pada 1970-an, "Negeri Ginseng" memiliki undang-undang yang mengharuskan bangunan dengan ukuran tertentu di kota-kota besar dilengkapi ruang bawah tanah sebagai bunker dalam perang.

Namun di Seoul, karena melonjaknya harga properti, mayoritas bangunan pribadi mengubah ruang bawah tanahnya menjadi tempat parkir atau flat bawah tanah seperti di film Parasite pemenang Oscar.

Hal ini membuat Lee yang merupakan profesor di Universitas Semyung prihatin.

Korea Selatan memiliki sistem perlindungan kelas satu untuk militer, katanya, tetapi pihak sipil tertinggal jauh di belakang.

Bunker milik Lee menghabiskan biaya sekitar 70 juta won (Rp 767 juta)--belum termasuk biaya tenaga kerja--untuk membangunnya, yang ditanggung oleh hibah penelitian Kementerian Pendidikan Korea Selatan yang ia ajukan dan menang.

Dia pun berharap dapat menginspirasi orang lain mengikutinya, menambahkan bahwa dia juga memiliki banyak pertanyaan tentang cetak birunya, termasuk dari pejabat Angkatan Udara Korea Selatan yang memeriksa bunkernya awal tahun ini.

Untuk penghuni apartemen bertingkat tinggi di perkotaan, Lee menyarankan tempat parkir bawah tanah yang diperkuat untuk berfungsi ganda sebagai bunker. Ia juga merekomendasikan pemerintah membuat terowongan kereta bawah tanah yang tahan nuklir.

Baca juga: Marah, Adik Kim Jong Un Sebut Nuklir Korea Utara Bisa Lenyapkan Korea Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com