KYIV, KOMPAS.com – Serangan artileri menghujani kota di dekat pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia dan rudal Rusia menghantam sasaran di dekat Odessa.
Serangan-serangan tersebut menandai perang di Ukraina yang hampir menginjak bulan keenamnya pada 24 Agustus.
24 Agutus kali ini juga akan menandai 31 tahun kemerdekaan Ukraina dari Uni Soviet, sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: Selama Menginvasi Ukraina, Rusia Luncurkan Rudal Hipersonik Kinzhal 3 Kali
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya menyerukan kewaspadaan karena Rusia dapat melakukan hal yang sangat buruk.
Pada Minggu (21/8/2022), otoritas Rusia mengatakan pihaknya tengah menyelidiki dugaan serangan bom mobil di luar Moskwa yang menewaskan putri Alexander Dugin, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kementerian Luar Negeri Rusia berspekulasi mungkin bom itu ada hubungan dengan Ukraina, sesuatu yang dibantah oleh penasihat Zelensky, Mykhailo Podolyak.
“Ukraina, tentu saja, tidak ada hubungannya dengan ini karena kami bukan negara kriminal, seperti Federasi Rusia. Dan terlebih lagi kami bukan negara teroris,” kata Podolyak di televisi Ukraina.
Ketika Ukraina bersiap untuk memperingati Hari Kemerdekaannya, sejumlah pejabat militer dan regional melaporkan lebih banyak serangan Rusia terhadap sasaran di timur dan selatan negara itu.
Yang menjadi perhatian khusus adalah penembakan di Nikopol, sebuah kota yang terletak di seberang sungai Dnipro dari PLTN Zaporizhzhia.
Zaporizhzhia merupakan PLTN terbesar di Ukraina dan Eropa, yang telah diduduki pasukan Rusia sejak Maret.
Nikopol ditembaki pada lima kesempatan berbeda dalam semalam, tulis Gubernur Valentyn Reznichenko di Telegram.
Baca juga: Zelensky Peringatkan Rusia Bisa Lakukan Kekejaman Selama Peringatan Hari Kemerdekaan Ukraina
Dia mengatakan, sebanyak 25 peluru artileri menghantam kota, menyebabkan kebakaran di tempat industri dan memutus aliran listrik ke 3.000 penduduk.
Pertempuran di dekat Zaporizhzhia dan serangan rudal di Kota Voznesensk, Ukraina selatan, tidak jauh dari PLTN terbesar kedua di Ukraina, telah memicu kekhawatiran akan kecelakaan nuklir.
Pada Minggu, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Presiden Perancis Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman Olaf Scholz mengadakan panggilan telepon.
Mereka menekankan pentingnya memastikan keselamatan instalasi nuklir, sambil menggarisbawahi komitmen mereka ke Ukraina.
Baca juga: Saat Rusia Mulai Lebih Banyak Bertahan, Sementara Ukraina Leluasa Menyerang…