Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Gelar Simulasi Evakuasi di Tengah Kekhawatiran Rentetan Uji Coba Rudal Korea Utara

Kompas.com - 10/05/2022, 21:33 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com - Jepang bersiap memulai kembali simulasi evakuasi rudal musim panas ini sebagai tanggapan atas serangkaian uji coba senjata Korea Utara, yang diperkirakan akan berujung pada uji coba nuklir dalam beberapa minggu atau bulan mendatang.

Militer Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara akan kembali melakukan uji terbang rudal balistik yang kemungkinan ditembakkan dari kapal selam pada Sabtu (14/5/2022) sebagaimana dilansir The World.

Baca juga: Korea Utara Diyakini Siap Uji Coba Rudal Lagi, AS Minta Dewan Keamanan PBB Segera Bertemu

Sebelumnya, pada Rabu (4/5/2022), militer Korea Selatan dan Jepang mendeteksi adanya rudal balistik yang diduga ditembakkan dari dekat ibu kota, Pyongyang.

Kedua uji coba itu dilakukan menjelang pelantikan Presiden terpilih Korea Selatan Yoon Suk-yeol pada Selasa (10/5/2022), yang telah berjanji mengambil pendekatan yang lebih keras atas ambisi nuklir Korea Utara.

Tahun ini, Korea Utara telah menembakkan rudal 15 kali, termasuk uji coba rudal balistik antarbenua pertama negara itu sejak 2017 pada Maret, yang diklaim memiliki kemampuan untuk Amerika Serikat (AS).

“Deja vu” insiden 2017

Gelombang uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini adalah “deja vu” bagi banyak orang di Jepang.

Kembali pada Agustus 2017, penduduk “Negeri Sakura” terbangun dengan peringatan yang tidak menyenangkan, mengingatkan warga akan adanya serangan udara, memperingatkan orang-orang untuk berlindung dari rudal balistik antar-benua Korea Utara yang lewat.

Baca juga: Kim Jong Un Berseru ke Militer Korea Utara untuk Tingkatkan Kekuatan

Di pulau paling utara Hokkaido, penduduk berlatih merunduk dan menutupi kepala mereka. Mereka diminta untuk melakukan evakuasi ke gedung yang kokoh dan menjauhi jendela.

Korea Utara jelas mengeksploitasi kondisi yang menguntungkan untuk mendorong program senjatanya, dengan Dewan Keamanan PBB terpecah dan secara efektif lumpuh karena perang Rusia di Ukraina.

Kecepatan luar biasa dalam kegiatan pengujian menunjukkan peningkatan konfrontasi, yang dimaksudkan untuk memaksa AS menerima gagasan Korea Utara sebagai negara berkekuatan nuklir dan menghapus sanksi yang melumpuhkan, kata para ahli.

Pada parade 25 April, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bersumpah mempercepat pengembangan senjata nuklir negara itu, menempatkan Jepang, Korea Selatan, dan AS dalam garis serangan langsung.

Tidak siap hadapi banyak rudal

Hiroki Takeuchi adalah profesor ilmu politik di Southern Methodist University di Texas. Dia mengatakan meski memiliki kemampuan pertahanan yang baik, Jepang tidak siap menghadapi banyak rudal.

“Jadi, kemampuan sebenarnya (yang mengkhawatirkan) berasal dari kemampuan meluncurkan beberapa rudal sekaligus. Dan saya pikir masih butuh waktu bagi Korea Utara untuk mengembangkan kemampuan itu.”

Baca juga: Korea Utara Bersumpah Akan Tingkatkan Persenjataan Nuklirnya

Di bawah Aliansi Keamanan AS-Jepang, Takeuchi mengatakan, AS berkomitmen untuk membela Jepang.

Sementara itu James Acton, fisikawan dan salah satu direktur Program Kebijakan Nuklir di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan bahwa dia tidak yakin AS siap.

“Dalam hal pertahanan rudal tanah air (AS), mereka belum melakukan semua itu dengan baik dalam pengujian. Dan terlebih lagi, pengujian itu tidak realistis. Jadi, saya percaya bahkan dengan ICBM (rudal balistik antarbenua) Korea Utara yang lebih tua, itu masih mampu menembus pertahanan AS,” kata dia.

Lebih lanjut kata dia, Korea Utara jelas mempertimbangkan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuannya menembus pertahanan AS.

Acton mengatakan bahwa pengembangan senjata Korea Utara diyakini dapat memanfaatkan celah di gudang senjata AS. Tetapi itu tidak berarti teknologinya sepenuhnya dapat diandalkan.

“AS akan menguji rudal baru 10, 20, 30 kali sebelum siap digunakan karena ingin tahu bahwa itu benar-benar andal. Korea Utara tidak menuntut tingkat keandalan yang sama. Anda tahu, mereka seringkali puas hanya dengan melihat satu tes yang berhasil sebelum menerapkan sistem. ”

Baca juga: Sesumbar Korea Utara: Tak Terkalahkan dan Bisa Menang Perang Apa pun

Pada 25 Maret, Korea Utara meluncurkan video propaganda dramatis bergaya Hollywood yang menunjukkan pemimpin Kim Jong-un, mengenakan jaket kulit dan kacamata hitam, berjalan di depan rudal "monster" besar.

Acton mengatakan bahwa dia berpikir bahwa video itu direkayasa.

“Korea Utara tampaknya telah melakukan dua percobaan uji coba ICBM skala penuh tahun ini,” katanya.

“Tapi harus kukatakan, yang pertama tampaknya adalah rudal monster baru. Yang kedua tampaknya merupakan ICBM yang lebih tua, tetapi masih merupakan ICBM yang sebenarnya.”

Ilmuwan politik Hiroki Takeuchi mengatakan jika Jepang dan Korea Selatan mengatur ulang hubungan diplomatiknya, itu membuktikan upaya pencegahan keduanya terhadap provokasi Korea Utara.

“Pernyataan baru-baru ini dari presiden baru Korea Selatan untuk mengubah atau meningkatkan hubungan Korea Selatan-Jepang adalah pertanda yang sangat baik, baik bagi Jepang dan Korea Selatan untuk bersiap menghadapi ancaman Korea Utara.”

Takeuchi mengatakan bahwa presiden baru Korea Selatan dapat memainkan peran dalam menjalin aliansi trilateral dengan Amerika Serikat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com