Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hideki Tojo: Kampiun yang Berakhir di Tiang Gantung

Kompas.com - 23/12/2021, 11:48 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - Pria ini dijuluki "Razor". Tak kenal ampun, bengis, dan siap menggilas musuh. Jepang, negara yang amat dicintainya, pernah dibawanya dalam sebuah era keemasan sekaligus kehancuran: Perang Dunia II.

Pria ini, seorang kampiun: Hideki Tojo.

Dia dikenal sebagai jenderal sekaligus Perdana Menteri Kekaisaran Jepang pada periode 1941 hingga 1944.

Terlibat dalam operasi militer di kawasan Pasifik,
Tojo bertanggung jawab atas serangan ke pangkalan AS di Pearl Harbor.

Hal ini menyeret AS ke kancah Perang Dunia II, membuat sosok yang membawa Jepang seolah menjadi kampiun ini, berakhir di tiang gantung.

Baca juga: Akhir Hidup Hideki Tojo, Perdana Menteri Jepang Era Perang Dunia II

Tojo, yang lahir pada 30 Desember 1884 di distrik Kojimachi, Tokyo, berasal dari keluarga kasta samurai.

Dia masuk Akademi Militer Jepang pada 1899, dan lulus sebagai Letnan Dua pada Maret 1905 setelah menempati peringkat 10 dari 363 kadet.

Setelah lulus, dia bertugas di infanteri. Dia ditugaskan di Siberia pada 1918-1919 sebagai bagisn dari ekspedisi militer untuk mengintervensi Perang Sipil Rusia.

Tojo juga sempat berkeliling AS menggunakan kereta. Kunjungan pertama dan terakhir itu rupanya memberikan pandangan buruk.

Tojo melihat orang Amerika materialistik, lunak, dan hanya berusaha mengejar uang serta gaya hidup hedonis seperti seks dan berpesta.

Baca juga: Terungkap Abu Jenazah PM Jepang Era Perang Dunia II Hideki Tojo Disebar di Laut

Pada 1924, Tojo begitu tersinggung setelah Kongres AS mengesahkan Undang-undang Pengetatan Imigrasi berisi larangan orang Asia masuk ke sana.

Kebencian ini terus tumbuh seiring kariernya yang menanjak menjadi Kolonel, kemudian Mayor Jenderal dan menjabat sebagai Kepala Departemen Personel.

Pada 30 Juli 1940, Tojo didapuk menjadi Menteri Perang di pemerintahan Fumimaro Konoe untuk mengamankan militer terkait kebijakan luar negerinya.

Sebagai menteri militer, dia melanjutkan ekspedisi militer melawan China. Saat Konoe akhirnya mengundurkan diri, dia menjadi perdana menteri pada 17 Oktober 1941.

Baca juga: 23 Desember 1948: PM Jepang Jenderal Hideki Tojo Dieksekusi Mati

Kebencian pun semakin mengkristal di era ini. Tojo melaksanakan rencana yang sudah disusun sejak April 1941: Menyerang pangkalan militer AS Pearl Harbor di Hawaii pada 7 Desember 1941.

Setelah itu, Jepang mengalami serentetan kemenangan dan membuat Tojo serta petinggi lainnya bak seorang kampiun, mengalami apa yang disebut "Penyakit Kemenangan".

Tojo lalu optimis Jepang bisa menaklukkan Australia, Selandia Baru, bahkan meluas hingga Washington maupun kawasan Amerika Selatan.

Tapi, Tojo keliru. Pertempuran Midway pada Juni 1942 jadi titik balik Sekutu menginvasi Pasifik.

Kekalahan Jepang semakin terasa ketika Pertempuran Saipan dan Pertempuran Laut Filipina.

Baca juga: Tragedi 7 Desember 1941: Saat Jepang Obrak-abrik AS di Pearl Harbor

Puncaknya setelah keberhasilan Sekutu menginvasi Kepulauan Mariana, Tojo dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Staf pada Juli 1944.

Kemudian pada 22 Juli 1944, posisinya sebagai perdana menteri digantikan oleh Kuniaki Koiso, dan menghabiskan sisa perang di korps cadangan.

Setelah AS menjatuhkan bom atom ke Nagasaki dan Hiroshima, Tokyo mengumumkan menyerah pada 15 Agustus 1945, dan ditandatangani pada 2 September 1945.

Setelah penyerahan tanpa syarat itu, panglima Sekutu Jenderal Besar Douglas MacArthur memerintahkan untuk menangkap Tojo, sosok yang dianggap penjahat perang.

Ketika pasukan AS mengepung kediamannya pada 11 September 1945, Tojo berusaha bunuh diri dengan menembakkan pistol di dadanya.

Namun peluru itu tidak menembus jantung dan segera mendapat perawatan. Di tengah perawatan itulah, Tojo mulai berbicara.

"Saya minta maaf butuh waktu lama bagi saya untuk mati. Perang Asia Timur Raya sangat dibenarkan. Saya minta maaf pada negara ini," ujar Tojo dikutip dua wartawan Jepang.

Setelah pulih, dia dipindahkan ke Penjara Sugamo, kemudian diadili oleh Pengadilan Militer Internasional di Timur Jauh dengan tuduhan kejahatan perang.

Baca juga: Kisah Devils Brigade, Pasukan Jago Tempur AS dalam Perang Dunia II

Dia divonis hukuman mati dengan cara digantung pada 12 November 1948.

Eksekusinya dilaksanakan pada 23 Desember 1948, sepekan sebelum ulang tahunnya yang ke-64.

Tiap kemenangan dalam perang sesungguhnya hanyalah tipuan yang melenakkan. Tojo, akhirnya menjadi kampiun yang berakhir tragis di tiang gantung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com