Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Boris Yeltsin, Presiden Pertama Rusia Pasca-Uni Soviet Bubar

Kompas.com - 04/11/2021, 13:52 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Britannica

KOMPAS.com - Presiden Rusia pertama pasca-pecahnya Uni Soviet, Boris Nikolayevich Yeltsin, adalah sosok penting di balik kemajuan Rusia saat ini.

Lahir pada 1 Februari 1931 di Butka, sebuah desa Rusia kecil di Pegunungan Ural, masa kecil Yeltsin amat bergejolak.

Dilansir Britannica, ayahnya ditangkap saat dilakukan pembersihan kepada kalangan anti-Soviet di era Joseph Stalin.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Boris Yeltsin, Presiden Terpilih Pertama Rusia

 

Saat duduk di bangku perkuliahan, ia menjadi pengawas proyek di perusahaan kontruksi sekaligus mendaftar sebagai anggota Partai Komunis.

Karier politiknya semakin bagus dan memantapkan namanya dalam partai. Namun, dia berseberangan dengan pemimpin hingga akhirnya ia memutuskan keluar dari partai.

Meski telah keluar dari Partai Komunis, Yeltsin tetap aktif dalam politik sebagai ketua parlemen.

Dia lantas mengajukan diri dalam pemilihan presiden Rusia.

Yeltsin pun memenangkan 59 persen suara pada Juni 1991. Yeltsin juga mulai menyuarakan pengunduran diri Mikhail Gorbachev, pemimpin terakhir Uni Soviet.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Boris Yeltsin Wafat, Ini 4 Fakta Presiden Terpilih Pertama Rusia

Yeltsin semakin dikenal pada Agustus 1991, saat dia menentang upaya kudeta yang dilakukan kelompok Komunis terhadap Gorbachev yang saat itu masih memimpin Uni Soviet.

Yeltsin naik ke atas tank untuk mengecam upaya kudeta.

Segera setelah itu, Yeltsin mulai mempreteli Partai Komunis. Beberapa pihak juga mulai mendukung gerakannya.

Hingga akhirnya, Uni Soviet secara resmi bubar dan digantikan oleh Persemakmuran Negara-Negara Merdeka.

Pasca-Soviet bubar, Yeltsin menghapuskan sebagian besar kontrol negara terhadap harga, memprivatisasi sejumlah besar aset negara, memungkinkan kepemilikan properti pribadi, dan menerapkan prinsip-prinsip pasar bebas.

Secara perlahan, Yeltsin menghapuskan prinsip ekonomi yang dipegang di era Komunis.

Di bawah pemerintahannya, dia mulai mengatur sistem saham, komoditas perdagangan dan lahirnya bank-bank swasta.

Baca juga: Tsar Bomba, Bom Paling Kuat dari Uni Soviet yang Bisa Ratakan London

Akibatnya, banyak orang Rusia yang terjerumus dalam kemiskinan. Inflasi merajalela, biaya hidup pun meningkat.

Rusia berubah menjadi negara penuh korupsi dan banyak terjadi pelanggaran hukum.

Penurunan hasil industri dan harapan hidup yang menurun.

Sebagai presiden, Yeltsin memberi kebebasan pers dan memungkinkan kritik publik dalam pemerintahannya. Dia membiarkan budaya Barat masuk ke negara tersebut.

Yeltsin juga membubarkan parlemen yang didominasi Komunis pada September 1993 dan menyerukan pemilihan untuk legislatif baru.

Dia bahkan menyuruh tank untuk menghancurkan gedung parlemen.

Baca juga: Berakhirnya Perang Dingin, Ditandai Runtuhnya Uni Soviet pada 1991

Pada 1996, Yeltsin terkena serangan jantung namun masih mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 1996.

Ia memenangkan pemilihan umum dan menandai periode kedua pemerintahannya.

Pada 31 Desember 1999, Yeltsin mengumumkan pengunduran dirinya.

Sebelum menyerahkan jabatannya kepada Perdana Menteri Vladimir Putin, dia membuat kesepakatan agar memberinya imunitas hukum dari penuntutan dan hidup bersama keluarganya.

Baca juga: Sejarah Pembersihan Besar di Era Diktator Soviet Joseph Stalin

Pada 23 April 2007, Yeltsin meninggal dunia karena gagal jantung di Moskwa, Rusia di usia 76 tahun.

Namanya dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh dalam pembubaran Uni Soviet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com