Karena selama menjabat sebagai Paus, beliau telah menjadi tauladan bagi semua umat, semua iman, dan semua agama.
Untuk dunia saat ini, kepemimpinan agama yang diperlukan adalah pemimpin yang melingkupi, merengkuh, dan mengayomi semua (inklusif) umat.
Pemimpin agama memang harus terbuka dengan semangat keragaman tidak hanya bagi umatnya sendiri, tetapi harus merangkul dan mengayomi semua iman dan semua agama.
Berat dan penuh tantangan bagi umatnya sendiri yang merasa dipaksa menerima kenyataan dengan cakupan umat dan agama lain. Begitu juga berat bagi umat lain yang merasa harus menerima pemimpin agama lain.
Dunia saat ini membutuhkan pemuka agama yang tidak hanya memimpin agamanya sendiri. Sekali lagi, semua agama yang ada di sekitarnya adalah tanggungjawab semua pemuka agama.
Seorang pemuka agama tidak hanya menangung tugas dan tanggungjawab umatnya saja, tetapi juga umat-umat lain yang ada. Pemimpin agama tidak bisa menghindari dari agama lain.
Seorang Paus adalah Paus bagi semua agama, begitu juga Kardinal, Uskup dan para Romo. Seorang Kiai dan Ustaz juga sama, hendaknya menjadi Kiai dan Ustaz semua umat dan agama. Seorang Pendeta dan Pastor juga memimpin semua umat.
Seorang Bhante Buddhist juga menjadi Bhante semua umat dan iman. Seorang Pedande Hindu juga sama, memimpin semua umat yang ada di sekitarnya. Imam, pemuka, dan tukang doa, mendoakan semua umat dan semua iman. Begitu kira-kira.
Umatnya juga berlaku prinsip yang sama. Umat harus menerima dan siap mendengar kebijakan dan petuah pemuka semua agama.
Bukan berarti umat harus mendengar ceramah setiap hari enam atau tujuh agama. Bukan begitu. Namun kebijakan dan nasehat yang berguna datang dari pemimpin mana saja bisa menguatkan iman umat kita.
Dalai Lama bisa mendinginkan hati semua iman. Begitu juga Gus Baha, Quraysh Syihab, dan semua pemimpin yang terpandang.
Dunia saat ini sudah rumit dan pelik. Urusan agama tidak bisa dipisahkan dari urusan agama lain. Tidak bisa, satu agama hidup sendiri mandiri tanpa menyentuh aspek umat lain, dari segi politik, ekonomi, sosial dan bahkan ajaran agama.
Yang diperlukan adalah pemimpin yang bijak, terbuka, siap berkolaborasi dengan umat dan pemimpin agama lain.
Kita beruntung, ada pemimpin seperti Paus Fransiskus. Tindakan dan ucapan Paus Fransiskus sering menyejukkan dan mendamaikan dunia yang bertambah panas secara iklim dan rumitnya persoalan manusia global.
Paus ini adalah tauladan juga bagi semua pemimpin, tidak hanya bagi tradisi Kristiani. Beliaupun sudah berkolaborasi dengan pemimpin dan umat lain.
Watak kerja sama Paus Fransiskus melampui semua iman. Ungkapan-ungkapan dan ajakan bagi dunia mendinginkan dan mencerahkan.
Sikap yang patut mendapat perhatian adalah kehangatannya menyambut para imigran dari wilayah konflik di Timur Tengah dan Afrika yang sedang mencari suaka di Eropa. Paus menunjukkan sikap humanismenya.
Relasinya dengan umat agama lain juga menjadi contoh bagi semua umat. Dokumen penting tentang persaudaraan manusia dengan Syekh besar al-Azhar Ahmad Tayyed, yang terkenal dengan dokumen Abu Dabi.
Frateli Tutti (persaudaran semua manusia) merupakan tonggak tersendiri bagi pesaudaraan lintas iman.
Persaudaraan tidak dibatasi oleh iman dan kelompok keagamaan. Persaudaraan tidak perlu memandang etnis, negara, atau keyakinan.
Manusia adalah manusia, semuanya harus bersaudara dan terus bekerjasama untuk menciptakan kehidupan surgawi di dunia saat ini.
Persaudaraan Islam dan Katolik juga berlaku bagi umat lain. Kita beruntung mempunyai banyak tauladan pemimpin agama yang baik di dunia.
Yang tidak baik juga ada. Tetapi tidak perlu dibesar-besarkan. Cukup kita beri perhatian yang baik saja.
Kita memerlukan pemimpin yang menunjukkan contoh dengan perilakunya, bukan hanya dengan ucapannya.
Kita memerlukan praktik nyata, tidak hanya ajakan dan dakwah. Ajakan dan dakwah yang paling efektif ya dengan tindakan nyata.
Sikap seperti itu cocok, tidak hanya bagi dunia saat ini, tetapi juga sesuai bagi bangsa Indonesia. Bangsa kita sudah sejak awalnya ditakdirkan beragam etnis, budaya, tradisi dan iman.
Kehadiran Paus pada awal September nanti akan memperkuat pesan itu. Kehadiran itu menegaskan makna menjadi Indonesia, sekaligus menggarisbawai kenyataaan betapa beragamnya negeri ini.
Betul bahwa mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi kenyataannya ada banyak tafsir, praktik, dan budaya Islam yang berbeda. Itu adalah modal yang memperkaya bukan memperlemah.
Kreatifitas manusia Muslim di Indonesia dalam menjalankan agamanya merupakan aset tersendiri.
Tidak ada kekuatan apapun yang bisa memaksa menyeragamkan Indonesia, baik caranya beragama, berbudaya, ataupun berpolitik. Itulah Indonesia, pilihan-pilihan yang berbeda diharapkan berdampingan dengan damai.
Secara terang-terangan, Ketua Umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) KH Dr. Yahya Cholil Staquf sudah siap menyambut kehadiran Paus Fransiskus. Begitu juga Menteri Agama RI KH Yaqut Cholil Qoumas.
Nantinya, semua pemimpin agama di Indonesia juga akan menyambut dengan hangat, terbuka, dan gembira.
Mari sambut Paus Fransiskus dengan semangat persaudaraan bagi semua umat manusia.
https://www.kompas.com/global/read/2024/05/03/081934270/paus-fransiskus-teladan-bagi-semua-umat-dan-iman