Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nasib Miris Migran di Malaysia, Sudah Bayar Rp 33,9 Juta ke Agen, Ternyata Tak Dapat Pekerjaan

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Terdampar tanpa pekerjaan selama berbulan-bulan di Malaysia, ratusan migran dari sejumlah negara Asia Selatan mengaku telah kehilangan harapan.

Mereka gagal mendapatkan pekerjaan yang dijanjikan oleh agen perekrut dengan imbalan biaya ribuan dollar AS.

Di asrama mahasiswa yang berjarak sekitar 40 kilometer (km) dari ibu kota Kuala Lumpur, sekitar 500 migran, kebanyakan pemuda dari Nepal dan Bangladesh, sekarang hanya bisa menghabiskan hari-hari mereka di kamar yang penuh sesak atau di udara terbuka kafetaria.

Para migran itu telah tiba di Malaysia sejak Desember 2022 lalu.

Mereka tiba di negara itu dengan visa kerja tiga bulan yang dimaksudkan untuk ditingkatkan menjadi izin kerja, tetapi hal itu tak pernah terjadi.

Karena status hukum mereka tidak jelas, para migran ini mengaku takut untuk meninggalkan fasilitas tempat mereka tinggal. 

Banyak migran yang mengatakan agen perekrutan mengambil paspor mereka dan terus menjanjikan pekerjaan kepada mereka.

"Kami semua tertekan dan tidak berdaya. Kami telah membayar sejumlah besar untuk pekerjaan itu. Bagaimana saya bisa membayarnya kembali jika saya tidak memiliki pekerjaan?" kata seorang migran asal Nepal di asrama saat diwawancarai Reuters.

Pria berusia 23 tahun itu mengaku telah menandatangani kontrak dua tahun dengan sebuah perusahaan pembersih Malaysia, tetapi belum juga dipanggil untuk mulai bekerja.

Dia enggan menyebut namanya karena takut akan reaksi dari agen perekrutan.

Seperti para migran lainnya, pemuda itu mengaku telah meminjam 300.000 rupee Nepal (sekitar Rp 33,6 juta) untuk membayar agen untuk memperoleh pekerjaan itu.

Dia dijanjikan gaji bulanan sebesar 2.062 ringgit Malaysia (sekitar Rp 6,7 juta) per bulan.

Semua pekerja di fasilitas tersebut menceritakan kisah serupa, yakni setelah tiba di Malaysia, agen perekrutan memberi tahu tidak ada pekerjaan yang tersedia dan membawa mereka ke fasilitas akomodasi untuk menunggu.

Mereka kemudian diberi tahu bahwa pada akhirnya mereka akan dipekerjakan. Sementara itu, mereka harus membayar makanan mereka sendiri tanpa gaji.

Tidak jelas bagaimana para pekerja berakhir tanpa pekerjaan meskipun tiba di Malaysia dengan kontrak kerja dan janji bahwa visa kerja sementara mereka akan menjadi permanen pada saat kedatangan.

Malaysia bulan lalu meluncurkan penyelidikan.

Reuters malaporkan, Puncak Jupiter Management Services dan Star Domain Resources, yang terdaftar sebagai pemberi kerja di beberapa dokumen perjalanan pekerja, tidak menanggapi permintaan komentar terkait keluhan ini.

Amial International, salah satu agen perekrutan yang digunakan para migrab juga tidak menanggapi permintaan konfirmasi.

Kementerian Sumber Daya Manusia Malaysia dan Departemen Tenaga Kerja Malaysia tidak pula segera menanggapi permintaan komentar.

Kementerian telah berjanji untuk mencarikan pekerjaan bagi kelompok terpisah yang terdiri dari 226 pekerja yang terlantar dari Bangladesh dan Nepal.

Migran telah menjadi tulang punggung ekonomi Malaysia yang bergantung pada ekspor.

Migran asing adalah sekitar 15 persen dari 15 juta tenaga kerja yang dimiliki oleh "Negeri Jiran".

Perusahaan Malaysia telah menghadapi larangan AS dalam beberapa tahun terakhir karena penggunaan tenaga kerja paksa.

Aktivis HAM mengatakan, pekerja migran menghadapi risiko lebih besar setelah Malaysia melonggarkan proses perekrutan tahun ini dalam upaya mengisi 1,2 juta kekurangan pekerjaan di industri perkebunan, manufaktur, dan konstruksi.

"Ini masalah yang lebih besar sekarang," kata Adrian Pereira, Direktur eksekutif kelompok hak-hak migran Inisiatif Utara Selatan

Dia menambahkan bahwa timnya telah menerima laporan sekitar 1.200 pekerja lain di seluruh Malaysia yang terjebak dalam keadaan sama.

Kedutaan Besar Bangladesh di Kuala Lumpur bulan lalu menyerukan lebih banyak transparansi oleh Malaysia untuk mencegah warganya ditipu dari pekerjaan.

Seorang pejabat Bangladesh, yang berbicara dengan syarat anonim karena kepekaan situasi, mengatakan kepada Reuters bahwa beberapa ratus"warganya terjebak di Malaysia tanpa pekerjaan.

Kedutaan Nepal juga mengatakan menerima keluhan semacam itu.

Di fasilitas yang dikunjungi oleh Reuters, para migran tinggal empat sampai enam kamar kecil dengan tempat tidur susun dan satu kamar mandi bersama.

"Dua pekerja -warga negara Nepal berusia 43 dan 46 tahun- meninggal karena bunuh diri antara Februari dan April di fasilitas tersebut," kata kedutaan Nepal di Kuala Lumpur, mengutip laporan dari polisi dan rumah sakit Malaysia.

Reuters tidak dapat menentukan mengapa kedua pria itu bunuh diri.

Tanpa penghasilan, para migran kesulitan untuk membeli makanan dan membayar kembali pinjaman di kampung halaman.

"Kami belum tahu apakah kami akan mendapatkan pekerjaan atau tidak. Agen terus meminta kami untuk menunggu sudah tiga bulan," kata seorang pekerja Bangladesh.

https://www.kompas.com/global/read/2023/05/12/142500070/nasib-miris-migran-di-malaysia-sudah-bayar-rp-339-juta-ke-agen-ternyata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke