Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Resmi Jadi Presiden Baru, Ebrahim Raisi Bertekad Lepaskan Iran dari “Penindasan” AS

TEHERAN, KOMPAS.com - Hakim garis keras Ebrahim Raisi dilantik sebagai presiden baru Iran pada Selasa (3/7/2021).

Dikenal sebagai “Penjagal Teheran” atas tuduhan bahwa dia telah menyiksa wanita hamil dan tahanan yang dilemparkan dari tebing, Raisi segera bersumpah untuk mengatasi sanksi “penindasan” Amerika Serikat (AS).

Dia menggantikan presiden moderat Hassan Rouhani yang mengamankan kesepakatan nuklir 2015 dengan AS, Inggris dan negara-negara besar lainnya. Pakta penting itu dimaksudkan untuk membatasi pengayaan uranium, yang digunakan untuk membuat bom atom.

"Mengikuti pilihan rakyat, saya menugaskan Hojatoleslam Ebrahim Raisi yang bijaksana, tak kenal lelah, berpengalaman dan populer sebagai presiden Republik Islam Iran," tulis Ayatollah Ali Khamenei dalam sebuah dekrit yang dibacakan oleh kepala stafnya melansir Daily Mail.

Prioritas pertama pria berusia 60 tahun itu adalah membawa Iran keluar dari kesulitan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi dan jeratan sanksi internasional atas pelanggarannya terhadap kesepakatan nuklir.

Terkait urusan dengan Barat, Raisi menyatakan “tidak akan mengikat standar hidup bangsa dengan kehendak orang asing'.”

"Kami percaya posisi ekonomi rakyat tidak menguntungkan baik karena konflik dengan musuh kami dan karena kekurangan-kekurangan (lain) dan masalah di dalam negeri," kata Presiden yang secara pribadi dikenai sanksi atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Dalam tanggapannya, Pemeimpin Tertinggi Khamenei mengakui negaranya menderita “banyak kekurangan dan masalah.” Tetapi menurutnya “Kapabilitas negara (Iran) bahkan lebih banyak dari itu.”

“Memperbaiki masalah ekonomi membutuhkan waktu dan tidak bisa dilakukan dalam semalam,” ujarnya.

Raisi memenangkan pemilihan presiden pada Juni, di mana lebih dari setengah pemilih tak berpartisipasi setelah banyak kandidat Presiden kelas berat dilarang berlaga.

Mantan kepala kehakiman Iran ini telah dikritik Barat karena catatan HAM-nya. Raisi adalah wakil jaksa penuntut umum era Teheran pada 1988, tahun yang terkenal dengan eksekusi ribuan tahanan politik dalam periode lima bulan.

Daily Mail melaporkan di masa itu, anak-anak berusia setidaknya berusia 13 tahun dibunuh dan jasadnya diperlakukan tidak pantas, wanita hamil disiksa dan dibunuh. Sementara itu, ada juga berbagai laporan pemerkosaan terhadap tahanan pria dan wanita.

Raisi adalah anggota ”komisi kematian” Teheran pada saat itu. Itu sejenis pengadilan tidak sah yang didirikan di seluruh negeri dan akhirnya dilaporkan mengirim ribuan orang ke kematian mereka.

“Pembersihan” seperti itu diyakini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah politik modern, baik dari segi cakupannya maupun sejauh mana hal itu telah ditutup-tutupi.

Amnesty International memberikan perkiraan yang lebih rendah dari setidaknya 5.000 eksekusi selama pembunuhan. Namun sejarawan lain menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 30.000.

Upacara Selasa (3/8/2021) menandai aksesi resmi Raisi ke kantor kepresidenan Iran. Dia selanjutnya akan dilantik di depan parlemen pada Kamis (5/8/2021), ketika dia akan menyerahkan susunan pemerintahan yang diusulkannya.

Kepresidenan Raisi akan mengonsolidasikan kekuasaan di tangan kaum konservatif setelah kemenangan pemilihan parlemen 2020 mereka, yang ditandai dengan diskualifikasi ribuan kandidat reformis atau moderat.

Masalah pemerintah baru

“Kesengsaraan ekonomi, diperburuk oleh sanksi AS ke Iran, akan menjadi tantangan utama presiden baru,” menurut Clement Therme, seorang peneliti di European University Institute di Italia.

Menurutnya misi utama Raisi adalah untuk memperbaiki situasi ekonomi, dengan memperkuat hubungan ekonomi republik Islam Iran dengan negara-negara tetangga, dan lainnya seperti Rusia dan China.

Sanksi AS ke Iran telah mencekik Iran dan ekspor minyak vitalnya, mendorong ekonomi terkontraksi lebih dari enam persen pada 2018 dan 2019.

Pada musim dingin 2017-2018, dan lagi pada 2019, protes jalanan yang dipicu oleh krisis ekonomi mengguncang negara itu.

Kelesuan ekonomi telah diperburuk oleh pandemi virus corona, yang secara resmi telah menelan lebih dari 90.000 nyawa dan juga memukul keuangan banyak orang Iran.

Bulan lalu, para demonstran di provinsi Khuzestan yang kaya minyak, yang dilanda kekeringan, turun ke jalan untuk melampiaskan kemarahan mereka.

Di front asing, ketegangan meningkat setelah AS dan Inggris bergabung dengan Israel untuk menyalahkan Teheran atas serangan kapal tanker di lepas pantai Oman Kamis lalu, yang menewaskan seorang penjaga keamanan Inggris dan seorang anggota awak Rumania.

Amerika Serikat berjanji akan memberikan “tanggapan yang tepat”. Sementara Iran memperingatkan pada Senin bahwa pihaknya akan menanggapi apa pun.

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/04/150645670/resmi-jadi-presiden-baru-ebrahim-raisi-bertekad-lepaskan-iran-dari

Terkini Lainnya

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke