Publik China Berduka Setelah Babi Penyintas Gempa Kuat 2008 Mati

BEIJING, KOMPAS.com – Seekor babi penyintas gempa bumi kuat di provinsi Sichuan, China, pada 2008, mati dalam usia 14 tahun.

Babi yang diberi julukan Zhu Jianqiang alias Babi Kuat tersebut menjadi ikon nasional China setelah bertahan hidup selama 36 hari di bawah puing-puing akibat gempa.

Gempa pada 12 Mei 2008 dan bermagnitudo 7,9 tersebut menyebabkan hampir 90.000 orang tewas atau hilang sebagaimana dilansir AFP.

Namun, babi tersebut selamat dan hidup dari sekantong arang dan air hujan. Setelah diselamatkan, Zhu Jianqiang dianggap sebagai simbol keinginan untuk bertahan hidup.

Para saksi mata mengatakan, Zhu Jianqiang yang kala itu masih muda kehilangan begitu banyak berat badan ketika diselamatkan dari puing-puing.

Sebuah museum lokal di dekat kota Chengdu lantas membeli babi tersebut senilai 3.008 yuan (Rp 6,7 juta) dan merawatnya untuk bisa dilihat pengunjung.

Babi itu sempat dinobatkan sebagai hewan terbaik China pada 2008 karena menggambarkan semangat pantang menyerah.

Kini, babi tersebut telah mati dan membuat banyak orang terutama di Sichuan berdukacita.

Museum di dekat kota Chengdu menulis di Weibo pada Rabu (16/6/2021) bahwa babi tersebut akhirnya mati dalam usia tua.

Setelah museum mengumumkan kematian babi tersebut, para pengguna Weibo ramai-ramai membuat unggahan dengan tanda pagar (tagar) “Babi Kuat mati”.

Hingga Kamis (17/6/2021) tengah hari waktu setempat, jutaan orang telah membuat unggahan dengan tagar tersebut.

Pengguna Weibo memuji babi itu sebagai babi paling terkenal dalam sejarah.

"Dia memang hewan yang kuat, tidak hanya bertahan dari gempa, tetapi juga 13 tahun kehidupan setelahnya," tulis salah satu pengguna Weibo.