Hal itu disampaikan dalam pidato Minggu Paskah, ucapan harapan sukacita pada hari raya umat Kristeni pada Minggu (4/3/2021).
Pemimpin Gereja Katolik Roma ke 266 ini menyatakan kemarahan di awal pidatonya. Dia mencela perang dan konflik yang tidak berkurang jumlahnya. Padahal krisis kesehatan terburuk dalam satu abad tengah terjadi di seluruh dunia.
“Pandemi masih menyebar, sementara krisis sosial dan ekonomi masih parah, terutama bagi masyarakat miskin. Namun demikian, “ini memalukan” karena konflik bersenjata belum berakhir dan persenjataan militer terus diperkuat,” kecamnya terdengar marah.
Paus berdoa agar otoritas publik memastikan mereka yang membutuhkan bantuan memiliki standar hidup yang layak.
Sebab pandemi telah secara dramatis meningkatkan jumlah orang miskin, memicu penderitaan sosial dan ekonomi yang parah, dan membuat ribuan orang putus asa.
Dia menyatakan keprihatinannya tentang penderitaan dari banyak konflik bersenjata di dunia di Afrika, Timur Tengah, Amerika Latin, Asia dan Eropa Timur.
Saat ini menurutnya, vaksin adalah "alat penting" dalam perang pandemi. Paus Fransiskus menyerukan "semangat tanggung jawab global." Serta mendorong semua negara mengatasi "penundaan dalam distribusi vaksin" dan memastikan vaksin menjakau negara-negara termiskin.
“Setiap orang, terutama yang paling rentan di antara kita, membutuhkan bantuan dan memiliki hak untuk mendapatkan perawatan yang diperlukan,” seru Pimpinan Katolik Roma yang berusia 84 tahun melansir AP.
Keprihatinan juga disampaikan terhadap mereka yang menjadi korban perang dan konflik lainnya. Seperti di Haiti, salah satu negara termiskin di dunia dan yang telah didera oleh protes kekerasan dan perselisihan politik termasuk dugaan kudeta.
Paus Fransiskus mendesak orang Haiti "untuk tidak dikuasai oleh kesulitan, tetapi tetap melihat ke masa depan dengan memiliki keyakinan dan harapan."
Paus Fransiskus juga memberikan dukungan kepada kaum muda di Myanmar. Menurutnya, mereka "berkomitmen untuk memperjuangkan demokrasi, dan membuat suara mereka didengar dengan cara damai."
Di samping itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada Lebanon dan Yordania karena menerima pengungsi dari perang di Suriah.
Doa juga dipanjatkan agar perdamaian akhirnya datang kepada jutaan orang yang hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi.Termasuk agar konflik di Yaman dan Libya segera berakhir.
Menyoal penderitaan orang-orang di kawasan Afrika, Paus Fransiskus mengecam "kekerasan internal dan terorisme internasional, terutama di Sahel dan Nigeria."
Daerah bermasalah lainnya yang ia sebutkan adalah provinsi Tigray di Etiopia dan provinsi Cabo Delgado di Mozambik. Wilayah itu telah diwarnai oleh pertempuran selama berhari-hari dengan pemberontak untuk mengontrol kota.
Paus Fransiskus juga berdoa untuk kepulangan yang aman bagi para tahanan konflik berkepanjangan di Eropa, di timur Ukraina dan di Nagorno-Karabkh.
Sebelumnya pada hari itu, Paus Fransiskus merayakan Misa Paskah di Basilika Santo Petrus. Umat yang hadir berjumlah hampir 200 jiwa sesuai dengan protokol pandemi, dibandingkan dengan ribuan pada masa normalnya.
Biasanya, Paus Fransiskus akan menyampaikan pidato Paskah menyoal permasalahan dunia dari balkon tengah basilika, yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus.
Sebaliknya, ini adalah tahun kedua pidato Paskah disampaikan di dalam ruangan untuk mencegah orang banyak berkumpul.
“Saudara dan saudari terkasih, sekali lagi tahun ini, di berbagai tempat, banyak orang Kristen telah merayakan Paskah di bawah pembatasan yang ketat dan, kadang-kadang, tanpa dapat menghadiri perayaan liturgi,” kata Paus Fransiskus, sebelum menawarkan berkat Apostolik khusus kepada umat beriman di seluruh dunia.
"Kami berdoa agar pembatasan itu, serta semua pembatasan kebebasan beribadah dan beragama di seluruh dunia, dapat dicabut dan semua orang diizinkan untuk berdoa dan memuji Tuhan dengan bebas,” pungkasnya.
https://www.kompas.com/global/read/2021/04/05/123930970/pidato-paskah-paus-fransiskus-perang-di-masa-pandemi-memalukan