MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia siap memutus hubungan dengan Uni Eropa (UE), jika mereka memberlakukan sanksi baru yang memukul secara ekonomi.
UE telah meningkatkan kemungkinan sanksi lebih lanjut di tengah pertikaian atas perlakukan pemerintah Rusia terhadap pemimpin oposisinya, Alexei Navalny.
Ketika ditanya apakah Rusia menuju "perpisahan" dengan UE, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berkata, "Kami bersiap untuk itu."
"Jika ingin damai, bersiaplah untuk perang," ujar Lavrov seperti yang dilansir dari BBC pada Jumat (12/2/2021).
Dia mengatakan putusnya hubungan dapat dipicu oleh sanksi UE, "yang menciptakan risiko terhadap ekonomi kita, termasuk di area paling sensitif".
"Kami tidak ingin mengisolasi diri kami dari urusan dunia, tapi kami harus bersiap untuk itu," ucapnya dalam channel Youtube Rusia, Solovyov Live.
Dalam sepekan terakhir Rusia dan UE telah saling mengusir 3 diplomat sebagai bentuk tindakan balas-membalas yang berpusat pada kasus Navalny.
Rusia yang pertama bertindak sepekan lalu. Tiga diplomat UE yang menurut Rusia hadir dalam aksi protes ilegal pro-Navalny, diusir.
Sementara, tuduhan Rusia itu dibantah UE. Pengumuman Rusia datang saat kunjungan kepala urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell.
Pekan ini, negara-negara UE yang melakukan pengusiran diplomat Rusia, adalah Jerman, Polandia, dan Swedia.
Borrell mengatakan di Parlemen Eropa pada Selasa (9/2/2021) bahwa langkah berikutnya UE "dapat mencakup sanksi dan saya akan mengajukan proposal konkret".
Pada Oktober lalu, UE menjatuhkan sanksi pada 6 pejabat Rusia dan pusat penlitian senjata kimia Rusia. Sebab, dituduh terlibat langsung dalam keracunan Navalny pada Agustus.
Serangan dengan agen saraf sekelas senjata Novichok hampir membunuhnya.
Banyak pembantu dekat Presiden Vladimir Putin sekarang berada di bawah sanksi UE dan AS, yaitu berupa pembekuan aset dan larangan perjalanan.
https://www.kompas.com/global/read/2021/02/12/215038470/terlibat-konflik-kasus-navalny-rusia-siap-putus-hubungan-dengan-uni-eropa