Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tawa dan Lega, Suasana Transisi Kekuasaan di Gedung Putih Jelang Pelantikan Biden

Meja-meja dan kamar-kamar dibersihkan, dan para ajudan presiden akan digantikan oleh tim baru yang ditunjuk secara berdasarkan garis politik.

Itu semua merupakan bagian dari transformasi besar-besaran yang dibawa presiden baru ke dalam pusat pemerintahan.

Pada suatu malam pekan lalu, Stephen Miller, seorang penasihat kebijakan dan tokoh sentral di Gedung Putih di bawah Trump, sedang bersantai di West Wing.

Miller, yang telah menyusun pidato dan kebijakan untuk presiden sejak masa awal jabatannya, juga merupakan salah satu dari sedikit anggota tim awal presiden yang masih bersamanya hingga akhir.

Sambil bersandar ke dinding dan mengobrol dengan rekan-rekan kerja tentang pertemuan yang dijadwalkan untuk hari itu, dia sepertinya tidak tampak terburu-buru untuk pergi.

West Wing biasanya ramai dengan berbagai aktivitas tetapi kini tampak sepi. Telepon tidak ada yang berdering.

Meja-meja di dalam kantor-kantor yang tidak ditempati dipenuhi kertas-kertas dan surat-surat yang belum dibuka, seolah-olah orang-orang telah pergi dengan tergesa-gesa dan tidak akan kembali.

Puluhan pejabat senior dan ajudan mengundurkan diri setelah kerusuhan di Gedung Capitol pada 6 Januari. Sejumlah loyalis, seperti Miller, menetap.

Saat percakapan mulai reda, dia memisahkan diri dari rekan-rekannya. Ketika saya bertanya ke mana dia menuju selanjutnya, dia tersenyum. "Kembali ke kantorku," katanya dan berjalan santai di aula.

"Banyak sekali tantangan"

Pada hari pelantikan, kantor Miller akan dibersihkan dari segala tanda bekas bahwa dia dan rekan-rekannya pernah ada di sana, dan siap untuk dimasuki tim Biden.

Pembersihan kantor-kantor West Wing, dan transisi antara presiden, adalah bagian dari tradisi yang sudah ada sejak berabad-abad lalu. Ini adalah proses yang tidak selalu dipenuhi dengan kehangatan.

Presiden lain yang dimakzulkan, Andrew Johnson, seorang Demokrat, mengabaikan pengganti dari Partai Republik, Ulysses S Grant, pada tahun 1869 dan melewatkan acara pelantikan. Grant, yang mendukung pencopotan Johnson dari jabatannya, hampir tidak mengejutkan.

Proses transisi biasanya dimulai langsung setelah pemilihan, namun kali ini tertunda dan hanya dimulai beberapa minggu kemudian karena Trump menolak menerima hasil pemungutan suara.

Presiden mengatakan dia tidak akan menghadiri pelantikan. Kemungkinan besar, dia malah akan melakukan perjalanan ke klub Mar-a-Lago miliknya di Florida.

Namun, serah terima masih berlangsung, sama seperti di masa lalu.

"Sistemnya bertahan," kata Sean Wilentz, profesor sejarah Amerika di Universitas Princeton. "Banyak sekali tantangan dan tidak berjalan mulus, tapi bagaimana pun transisi akan terjadi."

Saat proses yang lancar pun, masalah transisi logistik menjadi tantangan - hal yang melibatkan transfer pengetahuan dan karyawan dalam skala besar.

Stephen Miller hanyalah salah satu dari 4.000 orang yang ditunjuk secara politis, yang dipekerjakan oleh pemerintahan Trump yang akan kehilangan pekerjaannya, dan digantikan oleh orang-orang yang dipekerjakan oleh Biden.

Selama masa transisi, rata-rata antara 150.000-300.000 orang melamar untuk berbagai posisi, menurut Center for Presidential Transition, sebuah organisasi nonpartisan yang berbasis di Washington.

Sekitar 1.100 posisi juga membutuhkan konfirmasi Senat. Mengisi semua posisi ini membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Dokumen-dokumen kebijakan selama empat tahun, buku pengarahan, dan artefak yang berkaitan dengan pekerjaan presiden akan dibawa ke Arsip Nasional di mana akan dirahasiakan selama 12 tahun, kecuali jika presiden sendiri yang memutuskan bahwa beberapa bagian-bagiannya boleh dikeluarkan lebih awal.

Hari perpindahan

Pada suatu malam selama pekan terakhir Trump di kantor, pintu kantor Kayleigh McEnany, sekretaris pers presiden, tampak sedikit terbuka.

McEnany menjadi salah satu pembela presiden yang paling terkenal. Dengan penampilannya yang rapi, dia adalah seorang pembicara yang dapat menyampaikan pesannya dengan jelas dan tenang, meski berada di tengah kekacauan.

Umumnya, beberapa hari terakhir adalah "kekacauan yang terkendali," kata Kate Andersen Brower, yang telah menulis buku tentang Gedung Putih, The Residence.

Perabotan di Gedung Putih, seperti meja kerja Resolute Desk di Ruang Oval, sebagian besar karya seni, porselen, dan benda lainnya, adalah milik pemerintah dan akan tetap berada di dalam gedung.

Tetapi barang-barang lain, seperti foto presiden yang digantung di lorong, akan disimpan saat Gedung Putih diubah untuk penghuni barunya.

Sejumlah staf sudah memindahkan beberapa barang dari gedung. Salah seorang staf Gedung Putih, seorang perempuan dengan sepatu hak yang kokoh, sedang membawa beberapa gambar ibu negara Melania Trump dari East Wing.

Foto-foto itu dikenal sebagai "jumbo" karena ukurannya yang sangat besar, katanya, dan akan dibawa ke Arsip Nasional.

Barang-barang pribadi keluarga Trump, seperti pakaian, perhiasan, dan barang-barang lainnya akan dipindahkan ke kediaman baru mereka, kemungkinan besar di Mar-a-Lago di Florida.

Dan tahun ini, Gedung Putih akan dibersihkan secara mendalam.

Segala sesuatu mulai dari pegangan tangan, hingga tombol lift dan perlengkapan kamar kecil akan dibersihkan dan disanitasi, menurut juru bicara Administrasi Layanan Umum, agen federal yang mengawasi upaya tersebut.

Keluarga presiden baru biasanya melakukan dekorasi ulang. Dalam beberapa hari setelah tiba di Gedung Putih, Trump memilih potret presiden populis Andrew Jackson untuk dipajang di Ruang Oval.

Ia juga mengganti tirai, sofa, dan salah satu karpet di kantor dengan yang berwarna emas.

Pada hari pelantikan, Wakil Presiden Pence dan istrinya juga akan memberi jalan bagi Kamala Harris, dan suaminya, Doug Emhoff.

Mereka akan menetap di kediaman resmi, yaitu sebuah kediaman Abad ke-19 di lapangan Naval Observatory, yang terletak beberapa kilometer dari Gedung Putih.

Menutup satu babak

Penasihat kebijakan Stephen Miller masih berada di West Wing, tetapi banyak yang lain sudah siap untuk meninggalkan tempat itu.

Di Gedung Putih, orang-orang membawa amplop manila tebal, foto-foto berbingkai, dan tas-tas dari toko suvenir.

"Ini hari terakhir saya," kata seorang pria, sambil tersenyum saat dia mengambil foto putra-putranya di halaman utara. Sebuah ransel besar tersampir di bahunya.

Sekelompok pejabat Keamanan Nasional berpose di depan West Wing, dan meminta saya untuk mengambil foto mereka.

"Pastikan Anda mendapatkan penjaga marinir," kata salah satu pejabat, mengacu pada seorang marinir yang berdiri di depan pintu ketika presiden berada di Ruang Oval.

Para pejabat itu bersemangat tinggi, sambil bercanda dan beraksi di depan kamera.

Para pejabat yang bukan pejabat karier di Gedung Putih itu sedang dalam suasana hati yang baik bukan tanpa alasan.

Selama berminggu-minggu, mereka terjebak di tengah proses transisi. Bos mereka menyangkal keabsahan hasil pemilu.

Meski demikian, mereka tahu bahwa hari-hari mereka sudah terbatas. Sekarang mereka dapat merencanakan masa depan mereka secara terbuka, dan mereka tampak bahagia.

Salah seorang pejabat yang ditunjuk secara politis, seorang pria dengan setelan jas gelap, sudah membuat rencana.

Dia bertemu dengan seorang rekannya di luar ruangan Palm, area resepsionis di lantai dasar.

"Sampai jumpa di sisi lain," katanya dengan semangat.

Dia mengacu pada waktu setelah pelantikan, ketika mereka berdua akan keluar dari posisi mereka di Gedung Putih.

Dia memikirkan di mana mereka akan bertemu lagi. "Mudah-mudahan di pulau-pulau Yunani atau di mana pun".

"Oh, ya. Itu yang pasti," kata rekannya sambil tertawa. Mereka menjabat dan kemudian berpisah.

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/18/214915470/tawa-dan-lega-suasana-transisi-kekuasaan-di-gedung-putih-jelang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke