Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gempa Sulawesi Bermagnitudo 6,2 dalam Sorotan Media Asing

KOMPAS.com - Dini hari tadi, Jumat (15/1/2021) pukul 01.28 gempa terjadi di Indonesia tepatnya di provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Majene dengan berkekuatan magnitudo 6,2.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa pusat gempa berada di 6 kilometer timur laut Majene dan berkedalaman 10 kilometer.

Laporan dari kontributor Kompas.com di lokasi dan mengutip dari Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Barat, Darno Majid, menyebutkan setidaknya saat ini ada 27 korban tewas.

Dari 27 orang tewas, 18 orang berada di Kabupaten Mamuju dan 9 orang lainnya di Kabupaten Majene.

Gempa Sulawesi itu juga turut menarik perhatian sejumlah media asing dari India, Perancis, dan Amerika Serikat.

1. NDTV

Media India ini mewartakan bahwa gempa dahsyat yang berpusat di timur laut kota Majene pukul 01.30 dini hari itu diikuti oleh gempa susulan.

Setidaknya ada 26 gempa susulan, menurut Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia, Dwikorita Karnawati.

Gempa pada Jumat dini hari ini juga didahului oleh gempa berkekuatan 5,9 pada Kamis sore (14/1/2021).

Juru bicara pemerintah provinsi Sulawesi Barat Safaruddin mengatakan pihak berwenang perlu memulihkan infrasutruktur telekomunikasi, memperbaiki beberapa jembatan yang rusak, dan mengirimkan tenda, makanan, serta persediaan medis.

Media yang berkantor pusat di New Delhi ini mengabarkan bahwa Kepala badan bencana dan menteri urusan sosial dijadwalkan untuk terbang sesaat setelah gempa terjadi.

Video-video amatir disebutkan muncul di berbagai media yang menggambarkan situasi kepanikan warga yang melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi dengan sepeda motor.

Ada seorang anak yang terperangkap di bawah puing-puing bangunan roboh dan orang-orang mencoba membuang puing dengan tangan mereka.

2. AFP

Media yang berpusat di Perancis memberitakan bahwa penduduk melarikan diri dari kota tepi pantai dengan mobil dan sepeda motor, setelah badan meteorologi menyampaikan peringatan potensi gempa susulan dan tsunami.

Mereka melewati puing-puing bangunan yang telah roboh diguncang gempa ketika berusaha melarikan diri.

"Gempa susulan bisa sekuat atau lebih kuat dari gempa pagi ini," kata Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi seperti yang dilansir dari AFP pada Jumat (15/1/2021).

"Ada potensi tsunami dari gempa susulan berikutnya...Jangan menunggu tsunami dulu karena bisa terjadi sangat cepat," tambahnya.

Indonesia sering mengalami aktivitas seismik dan vulkanik karena posisinya di "Cincin Api" Pasifik, tempat lempeng tektonik bertabrakan.

Pada 2018, gempa berkekuatan 7,5 skala Richter dan tsunami susulan di Palu di Sulawesi menyebabkan lebih dari 4.300 orang tewas atau hilang.

Pada 26 Desember 2004, gempa bumi berkekuatan 9,1 melanda pantai Sumatera dan memicu tsunami yang menewaskan 220.000 di seluruh wilayah, termasuk sekitar 170.000 di Indonesia.

Media yang berdiri sejak 1835 ini, juga menyoroti kehancuran bangunan akibat gempa bermagnitudo 6,2, yang meliputi rumah, rumah sakit, dan hotel.

Ali Rahman, kepala badan penanggulangan bencana setempat berkata, "Banyak yang tewas terkubur di bawah puing-puing."

Tim penyelamat sedang mencari lebih dari puluhan pasien dan staf yang terperangkap di bawah reruntuhan rumah sakit Mamuju yang rata.

"Rumah sakit itu rata, roboh," kata Arianto dari Badan Reserse Kriminal Kota Mamuju.

“Ada pasien dan pegawai rumah sakit yang terjebak di bawah reruntuhan dan kami sekarang berusaha menjangkau mereka,” tambahnya, tanpa memberikan angka pasti.

Tim penyelamat sedang mencari lebih dari puluhan pasien dan staf yang terperangkap di bawah reruntuhan rumah sakit Mamuju yang rata.

Seorang warga Mamuju mengatakan kerusakan di seluruh kota parah.

"Jalan retak dan banyak bangunan roboh," kata Hendra (28 tahun).

"Gempa itu sangat kuat...Saya bangun dan lari bersama istri saya."

3. Associated Press (AP)

Media asal Amerika Serikat ini mengabarkan bahwa kru penyelamat kekurangan alat berat untuk mengevakuasi para korban gempa yang banyak tertimbun puing-puing bangunan yang roboh.

Penyelamat Saidar Rahmanjaya mengatakan kurangnya alat berat menghambat operasi untuk membersihkan puing-puing rumah dan bangunan yang roboh.

Dia mengatakan timnya sedang bekerja untuk menyelamatkan 20 orang yang terjebak di 8 gedung, termasuk di kantor gubernur, rumah sakit, dan hotel.

"Kami berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan mereka," kata Rahmanjaya seperti yang dikutip dari AP pada Jumat (15/1/2021).

Dalam video yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana, seorang gadis terjebak di reruntuhan rumah.

Ia berteriak minta tolong dan mendengar suara anggota keluarga lain juga terjebak.

"Tolong bantu saya, sakit," kata gadis itu kepada penyelamat, yang menjawab bahwa mereka sangat ingin membantunya.

Para penyelamat mengatakan sebuah ekskavator dibutuhkan untuk menyelamatkan gadis itu dan lainnya yang terperangkap di bangunan yang runtuh.

Gambar lain menunjukkan jembatan putus, rumah rusak dan rata.

Stasiun TV melaporkan gempa tersebut merusak sebagian rumah sakit dan pasien dipindahkan ke tenda darurat di luar.

Media yang berkantor di Kota New York ini juga menyebutkan tentang video lain yang menunjukkan seorang ayah menangis, meminta bantuan untuk menyelamatkan anak-anaknya yang terkubur di bawah rumah mereka yang roboh.

"Mereka terjebak di dalam, tolong bantu," serunya.

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/15/170849470/gempa-sulawesi-bermagnitudo-62-dalam-sorotan-media-asing

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke