Rekapitulasi hasil survei sepekan terakhir oleh Kompas.com menunjukan eks wapres Barack Obama itu memperlebar jarak menjadi dua digit atas Trump di survei nasional.
Virus corona tenggelamkan Trump
Tiga survei nasional dengan metode live interview terhadap likely voters memberikan keunggulan telak 10 poin, 12 poin, dan 16 poin kepada Biden.
Survei Fox News menunjukan Senator Delaware 1973-2009 itu memimpin 53 persen berbanding 43 persen yang diraih Trump.
Biden juga digdaya di survei ABC News/The Washington Post dengan keunggulan meyakinkan 55 persen berbanding 43 persen.
Angka yang mempertegas status favorit dan dominasi Biden adalah survei CNN yang merupakan keunggulan terbesar Biden sejak dia mencalonkan diri. Suami Jill Biden itu dipilih 57 persen calon pemilih. Hanya 41 persen yang menjawab akan memilih kembali Trump.
Faktor utama keperkasaan Biden adalah kepercayaan tinggi yang diberikan pemilih terhadapnya dalam penanganan pandemi Covid-19.
Sebanyak 59 persen menurut survei CNN menyatakan Biden jauh lebih kompeten menangani pandemi, dibandingkan dengan 38 persen yang percaya terhadap Trump.
Presiden berusia 74 tahun itu juga mendapat penilaian buruk di survei ABC News/The Washington Post.
Total 58 persen tidak setuju dengan kebijakan penanganan virus oleh Gedung Putih, sedangkan 66 persen atau duapertiga pemilih mengkritik Trump yang dinilai gagal mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk memperlambat penyebaran virus corona.
Rataan terbaru agregasi hasil survei oleh FiveThirtyEight, Senin malam (12/10/2020) waktu setempat, menunjukan Biden unggul dua digit dari 8,3 poin pekan lalu menjadi 10,3 poin yaitu 52,3 persen berbanding 42 persen.
Pakar pemilu AS Nate Silver yang menjalankan simulasi model pilpres FiveThirtyEight menyebut Biden memiliki peluang sangat tinggi yaitu sebesar 86 persen untuk menjadi pemenang pilpres.
Trump kehabisan waktu?
Seperti diketahui kunci kemenangan pilpres AS adalah meraih 270 electoral vote dari 50 negara bagian di electoral college.
Hal ini menjadikan kemenangan suara nasional atau popular vote tidak berarti jika gagal unggul di electoral college, seperti kasus Hillary Clinton yang dikalahkan Trump pada pilpres 2016.
Trump masih dapat mengalahkan Biden dengan cara yang sama, tapi angka-angka survei di swing states mengindikasikan taipan real estate itu mulai kehabisan waktu. Hanya tersisa tiga minggu menjelang pilpres pada 3 November.
Tidak ketinggalan banyak pemilih sudah memberikan suaranya melalui pemungutan suara awal di sejumlah negara bagian.
Keunggulan dua digit Biden jika ditranslasikan ke survei swing states akan memberikannya keunggulan yang aman di atas 5-6 poin terhadap Trump.
Hal itu terbukti dari survei terbaru oleh Siena College/The New York Times di dua swing states krusial Michigan dan Wisconsin.
Di Michigan yang memiliki 16 electoral votes, Biden memimpin dengan jarak 8 poin yaitu 48 persen berbanding 40 persen.
Sementara itu di Wisconsin yang bertetangga dengan Michigan, politisi senior berusia 77 tahun itu juga unggul jauh atas Trump dengan selisih dua digit 10 poin yaitu 51 persen melawan 41 persen.
Tanpa dua negara bagian ini, Trump harus menyapu bersih seluruh negara bagian yang dimenangkannya empat tahun lalu untuk mengalahkan Biden.
Berita buruk baginya adalah survei-survei di swing states lain memperlihatkan jelas Trump keteteran menghadapi Biden.
Biden konsisten unggul di Pennsylvania dan Arizona dengan rataan survei terbaru masing-masing 9 dan 5 poin.
Bahkan Trump juga secara mengejutkan mengalami kesulitan di dua negara bagian Midwestern di mana dia seharusnya saat ini memimpin yaitu Ohio dan Iowa.
Kedua capres bersaing sangat ketat. Biden unggul sangat tipis 45 persen berbanding 44 persen Ohio menurut survei Siena College/The New York Times. Sementara itu di Iowa, kedua capres sama-sama meraih 49 persen berdasarkan survei CBS News/YouGov.
Kompetitifnya kedua negara bagian ini merupakan indikator jelas melemahnya dukungan basis pemilih Trump, yaitu pekerja kerah biru yang memenangkannya di Pilpres 2016.
Walau masih dipilih mayoritas demografi pemilih ini, Trump kewalahan mengejar ketertinggalannya dari Biden karena dia mendapat dukungan yang sangat rendah dari blok pemilih krusial lain, terutama pemilih suburban dan pemilih wanita berpendidikan universitas.
Tidak ketinggalan Trump juga mulai ditinggalkan pemilih lansia. Tanpa tiga blok pemilih ini, akan sangat sulit bagi Trump untuk mengalahkan Biden.
https://www.kompas.com/global/read/2020/10/13/142952770/3-minggu-jelang-pilpres-as-biden-perlebar-keunggulan-atas-trump-jadi-2