Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengaku sebagai Algojo ISIS, Pria Ini Ternyata Berbohong

Shehroze Chaudhry kepada publik mendiskusikan "pengalamannya" bersentuhan dengan kelompok teroris itu, di mana dia terlibat dalam eksekusi.

Berdasarkan laporan media Kanada CBC, pria berusia 25 tahun itu mengungkapkan bagaimana perannya bersama ISIS empat tahun lalu.

Chaudhry, yang berasal dari Burlington, Ontario, dilaporkan menggambarkan dirinya sebagai mantan anggota ISIS yang hidup bebas di "Negeri Mapple".

Kepada CBC, dia mengaku pertama kali bergabung dengan Daesh (akronim ISIS dalam bahasa Arab) sebagai polisi agama di kota Manbij, Suriah.

Dia mengklaim sudah melakukan dua eksekusi, dan semakin populer setelah tampil dalam podcast The New York Times' Caliphate.

Dengan detil, pria yang mempunyai nama alias Abu Huzaifa al-Kanadi itu menjabarkan setiap momen mengerikan selama dia "bergabung".

Di antaranya adalah ketika dia menggambarkan membunuh korbannya dari titik buta mereka, atau mengeksekusi dengan cara menyalib.

Dia juga menuturkan momen seperti mencambuk korban di depan umum, melakukan pemenggalan, dan mengklaim menderita mimpi buruk karenanya.

Wawancara Chaudhry kemudian memunculkan kemarahan dari kalangan oposisi, yang mempertanyakan pemerintah apakah sudah melindungi warga dari Chaudhry.

Tetapi seperti dilansir Sky News dan Daily Mirror Sabtu (26/9/2020), Royal Canadian Mounted Police (RCMP) menyatakan mereka menahan Abu Huzaifa.

RCMP menerangkan setelah mereka menggelar penyelidikan, diketahui Chaudhry atau Abu Huzaifa al-Kanadi itu sudah berbohong terkait aktivitasnya.

Penegak hukum menjabarkan karena ulah Chaudhry yang tampil di media lokal hingga podcast milik The Times, publik mengalami ketakutan.

Kepala Toronto INSET Pengawas Christopher deGale menjelaskan, hoaks yang terus-menerus diucapkan bisa membangkitkan ketakutan di masyarakat.

"Hal itu bisa berujung kepada ilusi bahwa terdapat ancaman di antara warga kira, meski otoritas menyimpulkan sebaliknya," paparnya.

Karena itu, deGale berujar pihaknya memutuskan untuk menyikapi ucapan Chaudhry secara serius dan menyelidikinya untuk membuktikan kebenarannya.

Global News memberitakan, UU hoaks terorisme di Kanada bisa dipakai jika ada kasus seperti ancaman bom yang ternyata palsu.

Dakwaan tersebut itu mengacu kepada premis bahwa ucapan bohong terkait terorisme bisa menumbulkan kepanikan dan menyita tenaga penegak hukum.

Sejumlah kecurigaan pun muncul terkait klaim Chaudhry, di antaranya adalah unggahannya di Instagram bahwa dia bergabung bersama ISIS pada 2014.

Tetapi dalam transkrip akademik, Chaudhry pada momen itu masih tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Sains Lingkungan di Universitas Lahore, Pakistan.

Kemudian kepada Global News, Chaudhry mengaku belum pernah membunuh orang. Tetapi di podcast New York Times dia menceritakan eksekusi tersebut.

Chaudhry dilaporkan bakal dihadapkan pada pengadilan di Brampton, Ontario, pada 16 November mendatang.

https://www.kompas.com/global/read/2020/09/27/112106570/mengaku-sebagai-algojo-isis-pria-ini-ternyata-berbohong

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke