Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Giacomo Casanova, Jago Menggombali Wanita dan Dipenjara Italia

Lelaki terhukum itu, Giacomo Girolamo Casanova, mengaku dirinya sebagai pencinta kebebasan dan keindahan perempuan.

Namun hari itu ia dijebloskan ke dalam sel yang digambarkan sebagai “paling buruk” dengan tuduhan penistaan agama.

Berkat sejumlah koneksi, Casanova akhirnya berhasil melarikan diri dari penjara dan melanjutkan petualangannya.

Bergonta-ganti profesi

Lahir di Venesia pada 2 April 1725 dari pasangan orang tua yang berprofesi sebaga aktor, Casanova muda dikirimkan oleh keluarganya ke sebuah rumah pondokan di daerah Padua, konon untuk menghilangkan penyakit mimisan yang sering ia derita.

Namun saat itu, ia merasa "dibuang" oleh keluarganya. Setelah neneknya berpulang, Casanova diharapkan untuk menjadi seorang pastor.

Ia pun masuk seminari, namun tidak lama dia dikeluarkan oleh pihak gereja karena melanggar norma susila.

Casanova muda tumbuh menjadi pemuda dengan selera humor dan memiliki rasa ingin tahu yang mendalam akan ilmu pengetahuan.

Di Universitas Padua ia dengan giat mempelajari berbagai bidang keilmuan seperti filsafat, kimia, matematika, dan menunjukkan minat mendalam akan ilmu kedokteran.

Namun pada saat ini jugalah ketertarikannya akan permainan judi ikut berkembang.

Pada usia awal 20-an ia sempat ingin menjadi pemain judi profesional. Akan tetapi sebuah kekalahan besar telah mengubah pikirannya. Ia pun banting setir jadi pemain biola.

Keberuntungannya berubah setelah ia berhasil menyelamatkan hidup salah seorang senator, berkat ilmu kedokteran yang sempat dipelajarinya.

Ia pun menikmati gaya hidup yang memungkinkannya bepergian dari satu kota ke kota lain di Eropa.

Sebuah kemewahan luar biasa pada abad itu. Namun, ke mana pun ia pergi, Casanova seolah tidak lepas dari masalah, penyebabnya terutama karena ulahnya sendiri.

Bukunya jadi sumber inspirasi hingga kini

Karena kisah hidupnya yang fantastis, banyak orang lantas menganggap Casanova sebagai karakter fiksi yang diselimuti mitos.

Semasa hidupnya, Casanova dikabarkan pernah menjalin kontak dengan sejumlah tokoh ternama seperti filsuf kenamaan asal Perancis, Voltaire, Benjamin Franklin, dan bahkan Katarina yang Agung dari Rusia.

Dalam sebuah pertemuan dengan Voltaire, Casanova sempat menggambarkan kegiatan favoritnya dalam mengisi waktu.

“Saya menghibur diri dengan mempelajari orang-orang pada saat saya bepergian... Amat menyenangkan mempelajari dunia sambil melaluinya.”

Hidup Casanova memang dipenuhi kisah dan petualangan mendebarkan. Semua itu dituangkannya dalam sebuah memoar panjang berjudul History of My Life yang dituliskan pada tahun-tahun akhir hidupnya.

Buku ini menggambarkan petualangan dari kota kelahirannya di Venesia, hingga ke London, Paris, Dresden, sampai Wina.

Berbagai cerita ia tuliskan, mulai dari perjamuan makan malam, pergaulan di kalangan bangsawan, hingga - tentu saja - pengalaman intimnya bersama sejumlah perempuan.

Menariknya, dalam buku ini Casanova tidak ragu menuliskan opininya tentang beberapa perempuan, menggambarkan mereka sebagai “jelek, kotor, dan tidak tahu tata krama.”

Casanova juga tidak begitu pilih-pilih. Ia dengan sukses memikat dan mematahkan hati banyak perempuan, baik dari kalangan bangsawan maupun dari strata sosial yang lebih rendah.

Dan karenanya, ia juga menciptakan banyak permusuhan dengan sesama lelaki, utamanya suami para perempuan yang ia jadikan mitra hubungan intim.

Buku History of My Life tetap menjadi sumber inspirasi dan rujukan banyak penulis hingga saat ini.

Bahkan pada tahun 2010, manuskrip asli buku tersebut dijual dengan harga tinggi yaitu 9,6 juta dolar AS atau sekitar 142 miliar rupiah.

Museum Casanova di Venesia

Bagaimanapun, Casanova bukan sekadar perayu ulung. Ia adalah juga pemikir, penyair, diplomat dan juga mata-mata.

Guna mengenang lelaki berkepribadian eklektik dan kompleks ini, seorang warga Italia yakni Carlo Parodi mendirikan sebuah museum di Palazzo Pesaro Papafaya pada tahun 2018.

Museum tersebut berupaya menampilkan Casanova sebagai orang yang jauh melampaui mitosnya.

Selain itu, museum ini juga memberikan gambaran sekilas tentang kehidupan di kota Venesia pada abad ke-18 dan menunjukkan apa yang ikut membentuk karakter Casanova.

Tidak ada yang tahu di mana tepatnya Casanova dimakamkan. Namun falsafah hidupnya tetap menyala hingga saat ini

Seperti yang pernah dia katakan, "Saya mencintai perempuan, bahkan sampai gila. Tapi saya selalu lebih mencintai kebebasan."

https://www.kompas.com/global/read/2020/09/14/122749370/kisah-giacomo-casanova-jago-menggombali-wanita-dan-dipenjara-italia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke