Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Minim Terapi, Pelajar Disabilitas di AS Kesulitan Ikuti Sekolah Online

Salah satunya adalah Anna Smith (18) remaja yang mengidap Down Syndrome.

Sistem pembelajaran yang tidak dilakukan dengan tatap muka membuatnya kehilangan akses ke terapi fisik, okupasi, dan wicara yang didapatnya dari sekolah.

Sekolah akhirnya dibuka pada 8 September, tapi Christina Smith orangtua Anna merasa skeptis dengan kelanjutan terapi anaknya. Sebab, Anna belum bertemu terapis lagi sejak Maret.

Para pelajar disabilitas memang menghadapi tantangan tersendiri sejak sekolah beralih dari tatap muka langsung ke online, karena pandemi virus corona.

Sementara itu para orangtua para pelajar tersebut menghadapi dilema. Mereka belum tahu bagaimana harus mengajari anaknya, sedangkan proses pembelajaran harus terus berlanjut.

"Ada banyak hambatan untuk menjadi tahun produktif dan sukses bagi banyak pelajar disabilitas," kata Christina Smith dikutip dari The Wall Street Journal Senin (31/8/2020).

Departemen Pendidikan West Verginia menyatakan, sekitar 47.000 pelajar di sekolah K-12 West Virginia atau 18 persen dari para pelajar yang terdaftar, memilik disabilitas.

Sementara itu secara nasional di Amerika Serikat (AS), ada sekitar 7 juta pelajar disabilitas atau 14 persen pelajar terdaftar di sekolah umum, yang mendapat instruksi khusus dan beberapa bentuk layanan sejenis setiap tahunnya, menurut Pusat Statistik Pendidikan Nasional.

Survei dari ParentsTogether pada Mei menemukan hanya 1 dari 5 keluarga yang menerima semua layanan pendidikan khusus, yang menjadi hak para pelajar sejak awal pandemi.

Pemerintah federal AS belum memberi keringanan sebagai akibat pandemi, jadi negara-negara bagian masih diwajibkan memberikan layanan penuh kepada para pelajar disabilitas.

Di bawah hukum federal, sekolah umum diharuskan menyediakan "pendidikan umum gratis yang layak" di "lingkungan yang tidak dibatasi".

Standar itu pertama kali diterapkan pada 1970-an, yang berarti para pelajar diasabilitas berhak belajar di ruang kelas pendidikan umum sesering mungkin.

Namun masalahnya kini di "Negeri Paman Sam", tak adanya terapi selama musim semi menyebabkan banyak pelajar disabilitas ketinggalan mata pelajaran dan keterampilan yang sudah mereka kerjakan.

"Ada kepercayaan umum bahwa pelajar disabilitas kehilangan lebih banyak pembelajaran," ucap Shawn Ullman direktur senior inisiatif nasional di The Arc, kelompok advokasi disabilitas nirlaba.

Para orangtua mengatakan, tak adanya interaksi sosial membuat beberapa pelajar disabilitas merasa lebih terisolasi daripada pelajar-pelajar lainnya. Banyak di antara mereka yang hanya memiliki sedikit teman dekat.

Bagi anak dengan disabilitas perilaku, rutinitas bersekolah dapat membantu mereka mengatur emosi. Kemudian bagi orangtua, hari sekolah bisa membuat mereka punya waktu luang 6 jam.

Mary Otts-Rubenstein misalnya, yang sedang dalam proses mengadopsi anak 3 tahun bernama Evelyn, dan berharap dia punya jeda istirahat.

Evelyn menderita cerebral palsy karena sering terguncang keras sejak usia 3 bulan. Dia tidak bisa berdiri dan memakai selang makanan.

"Aku mencintai anakku, dan aku ingin anakku di sini. Tapi dia harus dirawat 24 jam. Kami benar-benar butuh istirahat."

Kemudian di negara bagian Washington, tiga keluarga anak-anak disabilitas meminta hakim di pengadilan sana membatalkan perintah pendidikan darurat di wilayah itu.

Mereka berdalih, pemangkasan jumlah hari dan waktu di sekolah melanggar konstitusi negara bagian.

Salah satu penggugat, Carolina Landa dari Olympia, khawatir pekerjaannya di Departemen Pemasyarakatan negara bagian akan terganggu, jika dia harus mendidik dan melakukan terapi ke putranya, Zachariah (13), sendirian di rumah.

Zach yang autis dan nonverbal biasanya didampingi dua guru di sekolah. Ada 11 anak disabilitas lainnya di ruang kelas itu.

Landa berharap sekolah menyediakan setidaknya kelas dan terapi langsung secara terbatas untuk putranya dan pelajar disabilitas lainnya.

Dia berkata, Zach biasanya mendapat terapi wicara 30 jam seminggu, tapi belum dilanjutkan lagi. Menurutnya kelas online tidak efektif.

https://www.kompas.com/global/read/2020/09/14/083026170/minim-terapi-pelajar-disabilitas-di-as-kesulitan-ikuti-sekolah-online

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke