Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Militer AS Menyesal Dukung Trump Usai Diejek "Pecundang" dan "Bodoh"

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Donald Trump terus mendapatkan penurunan dukungan dari anggota dan keluarga militer dalam jajak pendapat, terutama setelah tersebar luas ejekannya terhadap veteran dan pasukan yang tewas dalam perang.

Pekan lalu, panglima tertinggi AS itu menyebut anggota tentara AS yang gugur dan ditangkap, sebagai "pecundang" dan "bodoh".

Trump melontarkan pernyataan itu pada 2018, saat ia membatalkan kunjungan ke pemakaman militer Amerika di Paris untuk memberi penghormatan, karena dia mengira tentara yang tewas adalah "pecundang" dan "bodoh".

Selain itu, dia tidak ingin hujan mengacak-acak rambutnya.

Pernyataan Trump itu diungkapkan majalah The Atlantic dengan mengantongi 4 sumber yang dekat dengan Trump.

Seketika, laporan The Atlantic yang dirilis kurang lebih 2 bulan sebelum pemilihan presiden AS 3 November 2020 itu, memicu kecaman.

Melansir The Guardian pada Senin (7/9/2020), jajak pendapat pada 2016 menunjukkan anggota dinas aktif lebih menyukai Trump daripada Hilary Clinton dengan selisih besar.

Namun, jajak pendapat dari akhir Juli dan awal Agustus tahun ini, yang dilakukan oleh  menunjukkan dukungan terus menurun untuk Trump, sejak dia terpilih.

Hampir 50 persen responden melaporkan pandangan yang tidak menyenangkan kepada Trump.

Weissman adalah veteran militer yang menggambarkan dirinya sebagai seseorang yang "menyesal" pendukung Trump.

Thomas Richardson, pensiunan anggota Angkatan Udara ke-82, mengatakan kepada Associated Press bahwa dia tersinggung oleh pemberitaan tersebut.

“Biasanya (pasukan militer), Anda tidak memilih misi semacam apa. Anda setuju untuk melayani dan Anda setuju untuk pergi ke tempat tugas Anda," ucap Richardson.

Seorang anggota aktif yang ditempatkan di Akademi Militer Amerika Serikat di akademi militer West Point mengatakan kepada The Guardian pada Senin (7/9/2020), bahwa komentar presiden tidak selalu mengejutkan.

"Aku tidak akan melupakannya. Tapi, saya tidak bisa memilih panglima tertinggi (presiden) saya, dan saya menerima apa yang dia katakan dengan menyakitkan," katanya.

Anggota layanan itu menambahkan, "Apa pun yang dikatakan para pemimpin politik, kami tidak bisa banyak berbuat. Kami apolitis."

"Kami tahu mereka (pemimpin politik) akan berubah dalam 4 atau 8 tahun. Ya, mereka yang bertanggung jawab atas kita, tetapi para pemimpin kita adalah orang-orang yang melakukan dasar (kenegaraan), jadi kita menaruh kepercayaan kita pada mereka," lanjutnya.

Namun, beberapa yang lain menyatakan skeptis terhadap laporan tersebut, dengan beberapa suara dari keluarga veteran dan militer terpecah.

"Jika Anda memelintir kata-katanya atau hanya mengambil satu hal di luar konteks, Anda akan selalu menemukan cara untuk membencinya," kata Katie Constandse (37 tahun), yang menikah dengan seorang tentara yang ditempatkan di Fort Bragg, kepada Associated Press.

“Dia manusia. Dia mengambil banyak pekerjaan. Saya tidak tahu bagaimana dia bisa bertahan selama hampir 4 tahun dengan rentetan kemarahan yang terus-menerus terhadapnya," ucap Constandse.

“Kami tidak membutuhkan seseorang yang hangat dan suka diemong,” tambahnya.

Jajak pendapat Pew Research dari 2019 menunjukkan bahwa para veteran sebagian besar tetap mendukung kepemimpinan Trump di angkatan bersenjata negara, yang terjadi setelah kematian senator Republik dan pahlawan perang Vietnam John McCain, yang dikritik Trump karena ditangkap.

Jon Soltz, ketua VoteVets, sebuah organisasi veteran anti-Trump yang progresif dan disebutkan mewakili 700.000 veteran dan anggota keluarga mereka.

Pada pekan lalu, VoteVets mengunggah sebuah penyataan di Twitter berisi, “Saya berharap ada lebih banyak kemarahan tentang Trump, yang berbohong tentang pemindahan yang bermartabat dari orang-orang yang jatuh karena alasan politik, karena sebagai seorang veteran hal itu benar-benar membuat saya jijik."

Jajak pendapat Military Times berdasarkan 1.018 pasukan tugas aktif yang disurvei pada akhir Juli dan awal Agustus menemukan bahwa hampir setengah dari responden, yaitu 49,9 persen memiliki pandangan yang kurang baik tentang presiden.

Sekitar 38 persen yang memiliki pandangan yang baik.

Jajak pendapat tersebut menemukan bahwa 41 persen mengatakan mereka akan memilih saingan presiden Trump dari Partai Demokrat, Joe Biden.

Sementara, 37 persen mengatakan mereka berencana untuk memilih kembali Trump.

Menurut jajak pendapat tersebut, Trump telah berjuang untuk mendapatkan kembali dukungan di antara anggota dinas aktif, seperti dengan cara menyampaikan pidato kelulusan kepada para kadet di West Point pada Juni, dan membicarakan pembangunan kembali kekuatan militer AS, "kolosal" senilai 2 triliun dollar AS (Rp 29,6 kuadriliun).

Pidato Trump di West Point datang beberapa pekan, setelah dia memerintahkan daerah di sekitar Gedung Putih dari demonstran.

Gas air mata dan bahan kimia penyebab iritasi digunakan, sehingga dia dan sekretaris pertahanan, Mark Esper, dan ketua kepala staf gabungan, Jenderal Mark Milley, dapat berjalan melintasi Lafayette Square.

"Apa yang kita miliki di sini adalah upaya menggunakan militer untuk keuntungan partisan, hingga berpotensi menempatkan pasukan di jalan-jalan untuk menghadapi pengunjuk rasa, dan menampilkan dirinya sebagai presiden hukum dan ketertiban," kata Risa Brooks, profesor ilmu politik di Universitas Marquette, memberi tahu The Guardian pada saat itu.

https://www.kompas.com/global/read/2020/09/08/183029070/militer-as-menyesal-dukung-trump-usai-diejek-pecundang-dan-bodoh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke