Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dosen Unair: Ini Bahaya Narkoba bagi Balita dan Cara Penanganannya

KOMPAS.com - Narkoba sampai saat ini masih menjadi ancaman bagi siapa saja. Tak terkecuali bagi anak-anak maupun para remaja.

Tapi ironisnya ada kasus balita yang positif narkoba. Ternyata, bayi berusia 3 tahun di Samarinda itu positif narkoba usai minum air dari tetangganya.

Air yang diminum sang balita itu diduga mengandung narkoba. Hingga balita berperilaku aneh, tidak bisa tidur dan menangis tak keruan.

Melansir laman Universitas Airlangga (Unair), Kamis (20/7/2023), pakar Unair yang juga dosen Farmasi Unair, Dr Isnaeni, MS, Apt, memberikan penjelasan.

Bisa timbulkan ketergantungan

Ia mengatakan bahwa narkoba menimbulkan pengaruh pada kerja otak jika masuk ke dalam tubuh. Narkoba memiliki daya adiksi, toleran, dan habitual (kebiasaan) yang sangat kuat.

Selain itu juga menyebabkan pemakai narkoba tidak dapat lepas dari ketergantungannya. Efek ini akan menyerang semua usia mulai dari anak-anak sampai lansia.

Maka dari itu, penyalahgunaan narkoba di kalangan para pelajar merupakan hal yang harus orangtua waspadai karena berbahaya bagi pelajar atau remaja.

"Bentuknya pun bermacam-macam, mulai dari mengancam kesehatan tubuh hingga merusak masa depan para remaja, baik dalam jangka panjang maupun pendek," ujarnya.

Namun umumnya, pencandu narkoba itu berusia 11 sampai 24 tahun, yaitu termasuk usia produktif.

Meski demikian, kini telah terjadi beberapa kasus anak yang mencoba atau tak sengaja mengonsumsinya. Mereka dapat mengalami ketergantungan terhadap narkoba dan dampak negatif penyalahgunaan narkoba.

Tentu perubahan yang dapat terjadi antara lain perubahan sikap, kepribadian, dan perangai; menurunnya kedisiplinan; dan nilai-nilai pelajaran.

Para pencandu juga menjadi emosional mudah marah dan mudah tersinggung, rasa takut dan kecurigaan yang berlebihan, dan halusinasi.

Upaya yang dilakukan jika anak kecanduan

1. Diperiksa dokter

Pemeriksaan diperlukan oleh dokter dan terapis dalam mengukur sejauh mana kecanduan dan efek samping yang dialami.

Jika si pemakai mengalami depresi atau gangguan perilaku, maka terapis akan menyembuhkan efek tersebut sebelum melakukan rehabilitasi.

2. Detoksifikasi

Pada tahap ini pengguna harus 100 persen berhenti menggunakan obat-obatan berbahaya tersebut. Reaksinya cukup menyiksa mulai dari rasa mual hingga badan terasa sakit.

Di samping itu, pecandu akan merasa tertekan karena tidak ada asupan obat penenang yang biasa mereka konsumsi.

3. Stabilisasi

Tahapan ini bertujuan membantu pemulihan jangka panjang dengan memberikan resep dokter.

Tidak hanya itu, pemikiran tentang rencana ke depan pun diarahkan agar kesehatan mental tetap terjaga dan tidak kembali terjerumus dalam bahaya obat-obatan terlarang.

4. Pengelolaan aktivitas

Setelah tahap rehabilitasi, pencandu narkoba yang sudah sembuh akan kembali ke kehidupan normal. Perlu pendekatan dengan orang terdekat terutama orangtua atau keluarga.

Hal yang harus diperhatikan oleh masyarakat ialah menjaga kondisi lingkungan bagi sang anak. Tentu, lingkungan yang baik akan menjadikan anak lebih baik.

Anak di bawah usia 5 tahun adalah aset bagi negara yang tumbuh melalui berbagai tahapan mulai dari ABG, remaja, hingga dewasa yang kualitasnya akan menentukan martabat dan status daya saing bangsa.

Inilah investasi yang harus diperhatikan dalam menyiapkan generasi bangsa yang andal dalam mempertahankan daya saing bangsa di era global.

"Salah satu faktor yang harus diperhatikan secara khusus ialah pengaruh narkoba terhadap remaja, orang tua dan anak," tandasnya.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/07/20/120342371/dosen-unair-ini-bahaya-narkoba-bagi-balita-dan-cara-penanganannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke