Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Riwayat Peringatan Hari Buruh di Indonesia

Kompas.com - 02/05/2024, 08:30 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada 1889, federasi partai sosialis di Eropa menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh atau May Day untuk memperingati Tragedi Haymarket.

Tragedi bermula ketika buruh berunjuk rasa di Haymarket Square, Chicago, Amerika Serikat (AS), pada 4 Mei 1886.

Mereka menuntut pengurangan jam kerja menjadi 8 jam dan mengecam tindakan brutal polisi saat demonstrasi sehari sebelumnya.

Namun, unjuk rasa berakhir ricuh mengakibatkan delapan orang tewas dan ratusan luka-luka.

Sejak saat itu, Hari Buruh diperingati oleh para pekerja di seluruh dunia. Berbagai negara pun mengakui dan menetapkan 1 Mei sebagai hari libur.

Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948 mengatur bahwa setiap 1 Mei buruh boleh tidak bekerja.

Aturan itu dipertegas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2013 yang menetapkan kembali 1 Mei untuk diperingati sebagai Hari Buruh Internasional, sekaligus hari libur nasional.

Peringatan Hari Buruh di Indonesia diperingati sejak masa kolonial atau ketika masih bernama Hindia Belanda.

Dikutip dari Kompaspedia, pada 1 Mei 1918, ratusan anggota serikat buruh Kung Tang Hwee Koan menggelar peringatan Hari Buruh di Surabaya. Ini merupakan yang pertama di Indonesia, juga di Asia.

Peringatan tersebut diselenggarakan menyusul rapat Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), organisasi politik berhaluan Marxisme-Leninisme, di Dagen, Yogyakarta, pada Maret 1918.

Dalam rapat, tokoh sosialis Belanda, Adolf Baars, menyerukan kritik kepada kaum kapitalis terkait sistem harga sewa tanah milik penduduk bumiputra yang terlalu murah untuk dijadikan perkebunan. Baars juga memprotes soal upah buruh murah.

Peringatan saat itu belum menarik partisipasi penduduk bumiputra dan masih didominasi oleh orang-orang Eropa, namun, menjadi tonggak bagi kaum buruh bumiputra untuk berani menyuarakan pendapat serta tuntutannya.

Selama periode 1920-an, gerakan buruh berkembang pesat di Hindia Belanda. Terdapat lebih dari 20 serikat buruh yang memobilisasi aksi mogok.

Puncaknya terjadi pada 1926, ketika organisasi buruh di bawah Partai Komunis Indonesia melakukan pemberontakan. 

Gerakan tersebut gagal dan berhasil dipatahkan. Pemerintah pun bertindak semakin represif pada gerakan buruh.

Serikat buruh di Hindia Belanda mendapatkan tekanan dan organisasi buruh progresif dibubarkan.

Mereka yang terlibat pemberontakan dibuang ke Digul, Papua. Akibatnya, aktivitas politik buruh menjadi lemah.

Kondisi tersebut terus berlanjut pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Menurut Jafar Suryomenggolo dalam buku Rezim Kerja Keras, pada masa kekuasaan Jepang semua serikat buruh dilarang dan dibubarkan.

Semua potensi tenaga kerja dikerahkan untuk proyek kerja paksa guna mendukung Jepang dalam perang melawan sekutu.

Pada masa itu buruh disebut romusha, artinya buruh kasar. Mereka dipekerjakan dalam proyek militer maupun proyek pekerjaan umum. Perempuan muda juga dipaksa menjadi ianfu, pemuas kebutuhan seksual tentara Jepang.

Hari Buruh baru diperingati kembali pascaproklamasi kemerdekaan, yaitu 1 Mei 1946. Saat itu, peringatan Hari Buruh diselenggarakan ditingkat nasional maupun lokal.

Di tingkat nasional, pemimpin serikat buruh memberikan pidato lewat siaran radio.

Lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, lagu perjuangan buruh “Internasionale”, dan lagu “Satoe Mei” yang merupakan lagu perjuangan buruh di Indonesia ikut diperdengarkan.

Akan tetapi, gerakan buruh di Indonesia pascakemerdekaan mengalami guncangan besar setelah Presiden Soeharto dan rezim Orde Baru berkuasa.

Peristiwa pembunuhan para jenderal di Jakarta atau Peristiwa 30 September 1965, dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan ormas-ormasnya dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab, berdampak besar bagi gerakan buruh.

Organisasi buruh dibubarkan dan dilarang karena pemerintah menganggap mereka bersimpati atau berafiliasi pada gerakan sayap kiri yang identik dengan komunisme.

Kata buruh dihindari oleh pemerintah dan diganti dengan kata karyawan atau pegawai.

Gerakan buruh baru mendapatkan kembali eksistensi dan kekuatan politiknya pada masa reformasi. Sejak kejatuhan Soeharto, hari buruh kembali rutin dirayakan setiap tahun.

Serikat-serikat buruh juga kembali bermunculan dan kembali menunjukkan eksistensinya, seperti Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Serikat Pekerja Nasional (SPN), dan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Lockheed F-117A Nighthawk, Pesawat Siluman Pertama di Dunia

Mengenal Lockheed F-117A Nighthawk, Pesawat Siluman Pertama di Dunia

Sejarah dan Fakta
Dukungan Che Guevara terhadap Pembebasan Palestina...

Dukungan Che Guevara terhadap Pembebasan Palestina...

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Suporter di Spanyol Dipukuli Polisi karena Dukung Palestina

[HOAKS] Suporter di Spanyol Dipukuli Polisi karena Dukung Palestina

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Harga Beras di Indonesia Lebih Rendah dari Negara Lain?

CEK FAKTA: Benarkah Harga Beras di Indonesia Lebih Rendah dari Negara Lain?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Elpiji 3 Kg Berisi Gas yang Dicairkan, Bukan Air Dingin

[KLARIFIKASI] Elpiji 3 Kg Berisi Gas yang Dicairkan, Bukan Air Dingin

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Angkatan Laut Rusia Gelar Latihan Militer di Lepas Pantai Florida pada Juni 2024

[HOAKS] Angkatan Laut Rusia Gelar Latihan Militer di Lepas Pantai Florida pada Juni 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Angelina Jolie Bicara Genosida Srebrenica, Bukan Konflik Israel-Palestina

[KLARIFIKASI] Angelina Jolie Bicara Genosida Srebrenica, Bukan Konflik Israel-Palestina

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Erupsi Tangkuban Parahu | Rekaman CCTV Kasus Vina

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Erupsi Tangkuban Parahu | Rekaman CCTV Kasus Vina

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks soal Erupsi Gunung Tangkuban Parahu pada 11 Juni

INFOGRAFIK: Hoaks soal Erupsi Gunung Tangkuban Parahu pada 11 Juni

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Egi Tersangka Pembunuhan Vina Dilepaskan karena Salah Tangkap

[HOAKS] Egi Tersangka Pembunuhan Vina Dilepaskan karena Salah Tangkap

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Narasi Keliru soal Foto Kecelakaan di Yunani

INFOGRAFIK: Narasi Keliru soal Foto Kecelakaan di Yunani

Hoaks atau Fakta
Riwayat Industri Minyak Bumi Indonesia, dari Era Belanda ke Pertamina

Riwayat Industri Minyak Bumi Indonesia, dari Era Belanda ke Pertamina

Sejarah dan Fakta
Kilas Balik Pekan Raya Jakarta, dari Monas ke Kemayoran

Kilas Balik Pekan Raya Jakarta, dari Monas ke Kemayoran

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Cara Menghemat Elpiji dengan Mengelem Karet Tabung

[HOAKS] Cara Menghemat Elpiji dengan Mengelem Karet Tabung

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bukti Rekaman CCTV Linda Terlibat Kasus Pembunuhan Vina

[HOAKS] Bukti Rekaman CCTV Linda Terlibat Kasus Pembunuhan Vina

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com