KOMPAS.com - Capres nomor urut 1, Anies Baswedan, menyebutkan beberapa klaim pada debat perdana Pemilu 2024 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (12/12/2023).
Anies antara lain menyinggung tentang kasus kematian Mega Suryani Dewi, ibu rumah tangga yang tewas dibunuh suaminya setelah laporan KDRT-nya tidak direspons cepat.
Ia juga menyebutkan tentang kasus kematian Harun Al Rasyid, remaja yang tewas dalam kerusuhan pasca pengumuman hasil Pemilu 2019 di kawasan Slipi, Jakarta Barat, pada 22 Mei 2019. Menurut Anies, sampai saat ini tidak ada kejelasan soal kasus kematian Harun Al Rasyid.
Klaim lain yang disampaikan Anies adalah terkait represivitas aparat penegak hukum dalam menghadapi kritik, dan turunnya kebebasan berbicara serta indeks demokrasi di Indonesia.
Tim Cek Fakta Kompas.com melakukan pemeriksaan fakta terhadap klaim-klaim yang disampaikan Anies selama debat perdana. Berikut rangkumannya:
Anies menyebutkan, Mega Suryani telah melaporkan KDRT sebulan sebelum tewas. Ia menyebut, laporan itu diabaikan dan Mega tewas dibunuh suaminya pada 7 September 2023.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, Mega memang sempat melaporkan kekerasan yang dilakukan suaminya ke polisi ke Polres Metro Bekasi sebulan sebelum tewas.
Namun, Polres Metro Bekasi membantah telah menghentikan laporan KDRT yang dilayangkan Mega. Polisi mengarahkan korban untuk melakukan visum.
Setelah menyerahkan hasil visum itu, Mega pulang. Ketika itu, Mega akan dipanggil kembali untuk diperiksa dan dimintai keterangan berkait laporannya.
Namun, Mega tidak hadir pada waktu yang ditentukan. Polisi mengaku mendapat pesan dari Mega bahwa ia tidak bisa datang karena sudah kembali dengan suaminya.
Kendati demikian, Komnas Perempuan menyoroti respons polisi dalam menangani kasus Mega, dan menilai bahwa aparat masih belum mengenali potensi femisida akibat KDRT.
Femisida merupakan pembunuhan terhadap perempuan yang dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung karena jenis kelamin atau gendernya.
2. Klaim ketidakjelasan kasus Harun Al Rasyid
Dalam debat perdana, Selasa (12/12/2023), Anies menghadirkan ayah Harun Al Rasyid. Anies mengatakan, sampai saat ini tidak ada kejelasan soal kasus kematian Harun.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, Divisi Humas Polri telah mengungkap penyebab kematian Harun Al Rasyid.
Ia disebut tewas akibat tembakan dari jarak sekitar 11 meter oleh penembak misterius.
Untuk menemukan identitas pelaku penembakan Harun, polisi menggunakan dua metode, yaitu teknologi face recognition dan voice analysis.
Namun, Tim Cek Fakta Kompas.com tidak menemukan berita atau informasi terbaru mengenai penuntasan kasus kematian Harun Al Rasyid.
3. Klaim represivitas pemerintah dalam menanggapi kritik
Anies mengatakan, ribuan anak bangsa yang mengkritik pemerintah justru dihadapi dengan kekerasan.
Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri sejumlah data yang relevan dengan klaim tersebut.
Berdasarkan data Freedom House, kebebasan berpendapat masyarakat sipil Indonesia pada 2023 mendapatkan skor 28/60. Skor tersebut membuat Indonesia termasuk dalam negara yang tidak sepenuhnya bebas untuk berpendapat.
Sementara itu, Komnas HAM mencatat bahwa selama tahun 2020-2021 terdapat 44 kasus terkait kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Kemudian, laporan lembaga bantuan hukum (LBH) di beberapa kota kepada Amnesty International Indonesia mengungkap kekerasan polisi dalam penanganan unjuk rasa menolak omnibus law 2020.