Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Farwiza Farhan, Menjaga Asa pada Pembangunan yang Adil dan Lestari

Kompas.com - 18/04/2023, 13:31 WIB
Luqman Sulistiyawan,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perasaan haru tidak bisa disembunyikan Farwiza Farhan ketika masuk daftar TIME 100 Next 2022 kategori Leaders.

Wajah aktivis lingkungan dan konservasionis hutan itu terpampang di Majalah Time edisi Oktober 2022.

Farwiza dianggap sebagai sosok inspiratif yang mempertahankan Kawasan Ekosistem Leuser dari pembangunan dan perburuan liar.

Ia mengaku sempat tidak percaya, sebab ia merasa tidak pantas disandingkan dengan sosok inspiratif lainnya.

Penghargaan itu pun ia jadikan pelecut semangat agar tetap konsisten bekerja di isu konservasi.

“Sungguh ini anugerah luar biasa, mau nangis, bahagia entah apa itu rasanya,” kata Farwiza dilansir Kompas.com.

Dekat dengan alam

Dilansir Harian Kompas edisi 15 April 2016, sejak kecil Farwiza tinggal di Banda Aceh dan dekat dengan alam.

Ketika musim berbuah, Ia gemar memanjat pohon jamblang di belakang rumahnya .

Farwiza juga suka berenang di Sungai Batee Iliek, Bireuen, ketika menjenguk neneknya. Dulu sungai itu memiliki air yang sangat jernih. 

Setelah merampungkan sekolah menengah atas (SMA) di kampung halamannya, Farwiza melanjutkan pendidikan di Universitas Sains Malaysia.

Ia mengambil jurusan biologi kelautan, ia belajar tentang sawit mulai dari sisi bisnis hingga kerusakan alam yang ditimbulkan. Dia juga menyelam untuk meneliti terumbu karang.

Setelah itu, Farwiza melanjutkan kuliah magisternya di University of Queensland, Brisbane, Australia, dengan mengambil jurusan manajemen lingkungan. 

Saat tinggal di Australia, Farwiza sempat magang di sebuah perusahaan tambang, bahkan ia sempat ditawari kontrak permanen untuk bekerja di perusahaan tersebut.

Namun Farwiza menolaknya, karena ia menyaksikan bahwa perusahaan tambang banyak merusak lingkungan. 

Ia pun memutuskan kembali ke Aceh dan terlibat dalam aktivitas yang terkait dengan konservasi lingkungan. Sebab baginya, Aceh memiliki kekayaan alam berupa hutan, satwa, dan laut yang perlu dijaga. 

Farwiza aktif di Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HAkA), sebuah organisasi non-profit yang fokus pada tata kelola lahan dan hutan di Aceh. Ia getol melawan eksploitasi dan ekspansi yang mengancam ekosistem Leuser.

Farwiza bersama aktivis lingkungan lain dan masyarakat melakukan advokasi terhadap kejahatan lingkungan di Aceh. HAkA didirikan pada 2012, beberapa bulan setelah Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser (BPKEL) dibubarkan.

Sosok Farwiza Farhan yang mejeng di halaman depan majalah Time.Time Sosok Farwiza Farhan yang mejeng di halaman depan majalah Time.

Berhadapan dengan korporasi dan pemerintah

Dalam menjaga hutan, Farwiza dan kawan-kawannya sering berhadapan dengan korporasi dan pemerintah.

Seperti halnya ketika ia bersama delapan warga yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Aceh Menggugat (GeRAM) menggugat Peraturan Daerah (Perda) Nomor 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh.

Perda tersebut digugat karena tidak memasukkan Leuser sebagai kawasan strategis nasional. Menurut Farwiza, hal itu bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 mengenai Penataan Ruang dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

Meski untuk melawan perusahaan dan pemerintah bukan perkara mudah, namun Farwiza selalu optimistis bahwa gerakan yang dibangun bersama akan membuahkan hasil.

Salah satu contohnya adalah ketika warga memenangkan gugatan atas PT Kalista Alam yang melakukan pembakar lahan gambut di Rawa Tripa, Nagan Raya.

Awalnya, warga pesimistis dapat mengalahkan perusahaan. Pada akhirnya perkara itu berhasil dimenangkan, PT Kalista Alam divonis bersalah dan wajib membayar denda Rp 366 miliar.

”Yang kami perjuangkan ini bukan untuk pribadi, tetapi untuk Aceh dan generasi ke depan. Merusak hutan sama saja merusak rumah tempat kita tinggal,” ujar perempuan kelahiran Banda Aceh, 1 Mei 1986 itu. 

Bagi Farwiza hutan Aceh berperan besar bagi dunia. Bahkan, tokoh sekelas Leonardo DiCaprio pernah mengampanyekan penyelamatan hutan Aceh, terutama Leuser.

Akhir Maret 2016, Farwiza menemani Leonardo mengunjungi Leuser dan pusat konservasi gajah di Aceh Timur.

Kendati begitu, Farwiza gelisah melihat kondisi Leuser yang terus berada dalam ancaman.

Alih fungsi lahan dan perambahan membuat tutupan hutan terus berkurang. Hal itu berdampak pada bencana ekologis dan konflik satwa yang kian marak.

Dikutip dari Kompas.com, Farwiza berharap kerja-kerja penyelamatan hutan, lingkungan, dan alam di Aceh mendapat dukungan banyak pihak.

Peringatan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa ekosistem Leuser di ambang kepunahan harusnya menjadi alarm keras bagi Indonesia untuk menjaga ekosistem Leuser sebagai paru-paru dunia.

“Salah satu yang terus kami lakukan adalah mengubah pola pikir, bahwa membangun ekonomi itu tidak bertolak belakang dengan menjaga lingkungan," kata Farwiza.

"Harus tercipta pembangunan ekonomi yang adil dan lestari dan bukan sistem ekonomi yang predatoris,” ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar 'Time' Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

INFOGRAFIK: Tidak Benar "Time" Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com