KOMPAS.com - Sejumlah video di TikTok dan Facebook memperlihatkan fenomena gelombang atau ombak yang dikaitkan dengan proyek High-Frequency Active Auroral Research Program (HAARP).
HAARP merupakan program penelitian frekuensi tingkat tinggi yang belakangan kerap dikaitkan dengan teori konspirasi.
Klaim itu dapat ditemukan di akun TikTok ini, ini, ini, dan Facebook ini.
Berikut tulisan yang tertera pada salah satu video, dalam terjemahan bahasa Indonesia:
Proyek HAARP menggunakan suara dan gelombang raido. Derau yang kalian dengar sudah dilaporkan dalam ratusan video.
Lantas, bagaimana faktanya?
Sumber audio asli video yang beredar di TikTok diunggah pada 23 Maret 2023.
Belum jelas siapa yang pertama mengunggah video ombak itu. Namun video serupa telah diunggah antara 25-26 Januari 2023 oleh akun YouTube ini, ini, serta akun TikTok ini.
Akun-akun tersebut memberikan deskripsi bahwa itu adalah Ombak Bono yang terjadi pada 25 Januari 2023.
Audio dari ketiga video itu tampak lebih alami karena terdengar suara ombak, suara mesin motor, orang berbincang dan tertawa, sampai suara lato-lato.
Sementara, suara ombak dari video konspirasi tampak direkayasa karena ada suara nyaring yang tidak jelas sumbernya.
Fenomena Ombak Bono terjadi di Sungai Kampar, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau.
Dikutip dari jurnal Dinamika Teknik Sipil edisi Januari 2009 soal "Fenomena Gelombang Pasang Bono di Muara Sungai Kampar", ombak tersebut terjadi karena pertemuan air laut dan air sungai.
Arus pasang dari laut bertemu dengan air surut di Sungai Kampar.
Selain itu, terdapat Pulau Mendol di muara Sungai Kampar, sehingga membentuk selat dan membuat alirannya bercabang.
Pada bulan purnama, air pasang masuk dari percabangan selat Mendol dan bertemu dengan arus surut Sungai Kampar.
Gelombang Bono termasuk dalam kategori Tidal Bore, yakni fenomena hidrodinamika yang terkait dengan pergerakan massa air di mana gelombang pasang menjalar menuju ke hulu dengan kekuatan yang bersifat merusak.
Dilansir USA Today, pada Selasa (11/4/2023), asisten profesor oseanografi fisik di Universitas Washington, James Girton, membenarkan bahwa ombak dalam video itu adalah fenomena Tidal Bore.
Pendapat lainnya disampaikan oleh profesor teknik sipil di Universitas Queensland, Hubert Chanson.
Dia mengatakan, tidak ada bukti bahwa pasang surut air sungai berkaitan dengan penelitian ionosfer seperti HAARP.
"Ini fisika biasa untuk menjelaskan: massa air yang terlibat dalam proses tidal bore terlalu luas untuk dipengaruhi oleh HAARP," katanya kepada USA Today.
Manajer program HAARP, Jessica Matthews menjelaskan, program penelitian tersebut tidak berdampak pada gelombang, pasang surut, dan tidak mengeluarkan suara yang dapat dideteksi manusia.
HAARP menggunakan frekuensi yang berkisar antara 2,7-10 MHz.
Angka itu jauh di atas kisaran yang dapat didengar rata-rata manusia, yaitu antara 20 Hz dan 20.000 Hz.
Menurut penjelasan di situs HAARP, gelombang radio dalam rentang frekuensi yang dipancarkan HAARP tidak diserap baik di troposfer maupun stratosfer, yang letaknya dua tingkat di atas atmosfer yang menghasilkan cuaca Bumi.
Oleh karena itu, HAARP tidak dapat berinteraksi atau mengontrol cuaca. Kesimpulannya, tidak ada kaitan antara fenomena Ombak Bono di Riau dengan proyek HAARP.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.