KOMPAS.com - March First Movement pada 1919 merupakan salah satu gerakan yang berpengaruh bagi rakyat Korea dalam merebut kemerdekaan.
Pada 1895, Jepang telah berhasil meningkatkan pengaruh mereka di Korea setelah menggeser China. Kemudian mereka membubarkan kekaisaran dan berkuasa penuh pada 1910.
Dikutip dari Britannica, March First Movement tak lepas dari aksi Jepang yang mendorong reformasi signifikan sejak 1895, yang mencerabut kontruksi pemerintahan dan sosial masyarakat Korea.
Masih di tahun yang sama, Rusia didukung Jerman dan Perancis, mendesak Jepang menyerahkan Korea pada China. Bersamaan itu, terdapat kampanye anti-Jepang di Korea.
Raja Kojong yang saat itu bertakhta namun secara de facto tidak begitu berkuasa, sempat berlindung di kedutaan Rusia. Ia memberikan imbalan konsesi tambang, kawasan penebangan kayu, dan lainnya.
Pada tahun berikutnya atau 1896, muncul tokoh S? Chae-p'il atau Philip Jaisohn yang membentuk partai politik bernama Klub Kemerdekaan atau Tognip Hy?phoe.
Kelak partai ini berhasil mendesak Raja Kojong kembali ke takhta dan mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar Kekaisaran Besar Korea atau Tae Han.
S? juga berhasil membuka sebuah media massa bernama Tongnip Sinmun atau The Independent, untuk mengedukasi masyarakat terkait hak berdaulat dan sipil yang harus diperjuangkan.
Penjajahan Jepang atas Korea yang dimulai pada 1910, telah mengganti sistem pendidikan, keuangan, transportasi, hingga komunikasi. Perampasan tanah juga dilakukan Jepang.
Kemudian muncul aksi March First Movement yang juga disebut Samil Independence Movement, berkat tumbuhnya kesadaran rakyat Korea akan pentingnya kedaulatan nasional.
Mereka berdemonstrasi di Seoul, ibu kota Korea, menuntut merdeka dari Jepang, mulai tanggal 1 Maret 1919. Gerakan pun menjalar cepat ke berbagai daerah.
Tercatat setidaknya dua juta orang berpartisipasi dalam 1.500 kali demonstrasi. Gerakan ini pun mendapat respons kejam dari polisi dan tentara Jepang.
Dalam periode setahun, mereka membunuh sekitar 7.000 orang, dan melukai 16.000 lainnya. Sekitar 46.000 ditangkap, dan 10.000 di antaranya diadili hingga mendapat hukuman.
Sebanyak 715 rumah, 47 gereja, dan 2 bangunan sekolah pun terbakar. Pengorbanan itu pun ternyata belum cukup untuk memerdekakan rakyat Korea.
Dalam beberapa dekade berikutnya, kaum terpelajar Korea berkali-kali menggalakkan perlawanan terhadap Jepang yang kembali merespons secara militer.