Bambu merupakan simbol kehidupan sekuler. Bentuknya berongga, kosong, dan bisa menimbulkan suara.
Semakin tua, bambu akan semakin keras sehingga bisa difungsikan sebagai alat rumah tangga, bahan bangunan, alat musik, bahkan senjata.
Baca juga: Resep Ayam Szechuan, Menu Makan Malam Saat Imlek
Bambu juga memiliki karakteristik sulit tumbuh bersama tumbuhan lain, dan hanya menggerombol dengan sesama bambu.
Sedangkan tebu mempunyai sifat berbeda. Air tebu merupakan energi bagi daya tahan dan pertumbuhan.
Tebu dianggap memiliki semangat rela berkorban, sebab setelah manisnya disesap, ampasnya akan dibuang. Semakin tua, tebu akan semakin padat.
Tebu mudah tumbuh di mana saja dengan tumbuhan lain seperti jagung, bahkan dengan rumput. Karena itu, tebu merupakan simbol kehidupan spiritual.
"Selain itu, manis tebu mewakili pengharapan untuk kehidupan yang lebih baik. Ketika kecil, mitos ini melekat kuat di benak saya," tulis Lan Fang.
Lan Fang mengungkapkan, semasa kecil dia berulang-ulang memeriksa sepasang tebu yang dipasang di depan rumahnya selama perayaan Imlek hingga Cap Go Meh.
"Bila saya menemukan banyak semut mulai merayapi atau mengerumuni tebu, saya akan berteriak-teriak dengan gembira: 'Hoki! Hoki!' Itu berati kami sekeluarga akan memasuki tahun baru yang penuh rezeki," tuturnya.
Baca juga: 3 Cara Membuat Teh Krisan Madu untuk Minuman Saat Imlek
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.