Pihaknya membantah sebaran narasi yang menuding bahwa Omi-S merupakan strain baru yang sedang mereka kembangkan.
Corley menjamin keamanan penelitian pathogen yang mereka lakukan. Adapun virus buatannya kini sama sekali sudah tidak ada di laboratorium.
"Seluruh tujuan kami adalah untuk kesehatan masyarakat. Dan penelitian ini adalah bagian dari itu, menemukan bagian mana dari virus yang menyebabkan penyakit parah. Jika kita dapat memahaminya, maka kita dapat mengembangkan alat yang kita butuhkan untuk mengembangkan terapi yang lebih baik," jelas Corley.
Hal senada disampaikan oleh salah satu dari penulis utama studi tersebut, Mohsan Saeed.
“Konsisten dengan penelitian yang diterbitkan oleh orang lain, karya ini menunjukkan bahwa bukan protein lonjakan yang mendorong patogenisitas Omicron, melainkan protein virus lainnya. Penentuan protein tersebut akan mengarah pada diagnosa dan strategi manajemen penyakit yang lebih baik,” jelas Saeed.
Gejala yang ditimbulkan varian Omicron umumnya lebih ringan dibanding virus awalnya. CDC melaporkan, gejalanya tidak terlalu parah dan lebih sedikit kematian.
Ahli virologi di University Texas A&M, Benjamin Neuman berpendapat bahwa para kritikus secara tidak adil berfokus pada kematian virus hibrida tanpa membandingkannya dengan jenis aslinya.
AP News, Kamis (20/10/2022) melaporkan, beberapa kritikus mengeklaim penelitian tersebut merupakan penelitian "meningkatkan fungsi" yang memiliki potensi risiko.
Istilah ini mengacu pada eksperimen ilmiah yang memberi organisme properti baru atau meningkatkan yang sudah ada.
Dalam kasus virus seperti Covid-19, eksperimen bisa membuat virus lebih mematikan atau memberinya kemampuan untuk menularkan ke spesies lain.
Universitas Boston berpendapat bahwa pekerjaan itu tidak membuat jenis Covid-19 sesungguhnya yang lebih berbahaya, melainkan menciptakan yang kurang berbahaya.
Direktur penelitian di Pusat Inovasi dalam Kesehatan Global Universitas Stanford, Steven Luby berpendapat, studi itu harus dianggap sebagai eksperimen.
Universitas Boston mengatakan penelitian tersebut telah ditinjau dan disetujui oleh Komisi Kesehatan Masyarakat Boston dan komite keamanan hayati institusi universitas, yang terdiri dari ilmuwan dan anggota masyarakat setempat.
Penelitiannya juga dilakukan di fasilitas biosafety-level 3 yang dilengkapi dengan teknologi dekontaminasi, pintu yang terkunci dan perlindungan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.