KOMPAS.com - Perubahan iklim telah membuat suhu rata-rata Bumi lebih panas dari sebelumnya. Para ahli telah memperingatkan daerah rawan kekeringan berisiko kekurangan pasokan air.
Kendati demikian, beredar sebuah klaim di media sosial yang menyebut bahwa di bawah permukaan Bumi terdapat pasokan air yang tak terbatas.
Melalui sebuah video di Instagram ini, seorang pria yang berenang di danau mengeklaim bahwa kekurangan pasokan air sebenarnya tidak pernah ada.
"Kita tertipu karena kita berpikir bahwa karena hujan berhenti, kita kehabisan air — tetapi itu sebenarnya siklus air sekunder… Jadi itu dapat memiliki ilusi bahwa kami kehabisan air. Tetapi pada kenyataannya air akan datang keluar dari Bumi 24/7, 365 (jumlah hari dalam setahun), ketika hidrogen dan oksigen bercampur bersama untuk naik melalui urat air langsung ke bumi," ujarnya.
Dia menyebut, kekeringan hanyalah ilusi semata karena pasokan air selalu ada melalui perpaduan hidrogen dan oksigen yang menghasilkan pasokan air tak terbatas.
Namun, benarkah klaim tersebut? Simak faktanya.
Co-director Water Resources Group di Universitas California, Los Angeles sekaligus asisten profesior perencanaan kota Greg Pierce mengatakan, narasi dalam video itu memuat pemahaman yang salah kaprah soal siklus air.
Air tanah dapat terbentuk ketika air dari hujan atau salju yang mencair dapat diserap dan disimpan dalam tanah.
Teradapat ruang kecil di antara bebatuan dan sedimen lainnya, tempat di mana air tersimpan di bawah permukaan Bumi.
Air dalam sedimen inilah yang dipompa, kemudian menjadi pasokan air bersih untuk kebutuhan manusia.
Dilansir dari Politifact, Rabu (7/9/2022), sumber air tanah dapat ditemukan antara 10 kaki di bawah tanah hingga beberapa ribu kaki di bawah tanah.
Pierce menjelaskan, memang ada banyak air jauh dalam tanah yang belum dimanfaatkan. Namun bukan berarti pasokannya tidak terbatas.
Pierce berpendapat, tidak realistis untuk mengatakan bahwa air dalam tanah ada hanya ada untuk diambil.
Tidak hanya biaya yang mahal untuk mengebor ke sumber air tanah terdalam di Bumi, tetapi juga teknologi untuk melakukannya tidak tersedia.
"Melampaui bahkan lima ratus kaki itu mahal. Dan jika Anda melampaui beberapa ribu, di mana sebagian besar air yang 'belum dimanfaatkan', kita hampir tidak memiliki teknologinya," kata Pierce.