Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/07/2022, 17:17 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Di media sosial beredar unggahan dengan narasi yang menyebutkan bahwa obat parasetamol P-500 mengandung virus Machupo yang berbahaya.

Narasi tersebut tersebar di media sosial Facebook. Dalam unggahannya, salah satu akun memperingatkan untuk tidak menggunakan parasetamol P-500 karena dapat menimbulkan kematian.

Berdasarkan penulusuran Kompas.com narasi tersebut tidak benar atau hoaks. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) membantah informasi itu.

BPOM tidak menemukan adanya kandungan virus Machupo dalam parasetamol P-500.

Narasi yang beredar

Narasi tentang obat parasetamol P-500 mengandung virus Machupo yang berbahaya dibagikan oleh akun Facebook ini. 

Akun tersebut mengunggah gambar parasetamol P-500 dengan keterangan :

"PERINGATAN URGENT! Hati-hati untuk tidak menggunakan parasetamol yang datang ditulis P-500. Ini adalah parasetamol baru, sangat putih dan mengkilap, mengandung 'Machupo' virus, dianggap salah satu virus yang paling berbahaya di dunia. Dan dengan tingkat kematian yang tinggi.

Silakan berbagi pesan ini, untuk semua orang dan keluarga. Dan menyelamatkan hidup dari mereka..."

Dalam unggahannya ia menuliskan caption supaya berhati-hati :

Katanya berbahaya. .....coba kita berhati hati.

 

Hoaks terkait parasetamolTangkap layar dari Facebook.com Hoaks terkait parasetamol

Penelusuran Kompas.com

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, narasi bahwa obat parasetamol P-500 mengandung virus Machupo merupakan informasi tidak benar atau hoaks.

Narasi serupa sudah beredar sejak 2017 dan hampir setiap tahun muncul.

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Kepala BPOM Penny K Lukito memastikan isu yang kembali disebarluaskan ini adalah hoaks.

"Isu tersebut adalah hoaks. Badan POM tidak pernah menemukan hal-hal seperti yang diisukan tersebut, termasuk kandungan virus Machupo dalam produk obat," kata Penny kepada Kompas.com pada Kamis (24/5/2019).

Menurut Penny, BPOM melakukan evaluasi terhadap keamanan, khasiat, mutu, dan penandaan atau label produk sebelum diedarkan.

Selain itu, BPOM juga mengawasi sarana produksi, distribusi, dan produk yang beredar di wilayah Indonesia secara rutin.

"Sampai saat ini Badan POM tidak pernah menerima laporan kredibel yang mendukung klaim bahwa virus Machupo telah ditemukan dalam produk obat parasetamol atau produk obat lainnya," ujar Penny.

Dilansir dari AFP, Alisara Sangviroon Sujarit selaku dosen ilmu farmasi di Universitas Chulalangkorn di Thailand juga membantah klaim ini.

Menurut dia, untuk membuat tablet obat , kondisi tablet harus benar-benar kering. Sebab, virus membutuhkan lingkungan yang lembab dengan temperatur yang rendah agar bisa bereproduksi.

"Sehingga, virus tidak mungkin dapat bertahan hidup di lingkungan seperti ini. Dan perusahaan farmasi harus melakukan pengecekan kualitas, sehingga tidak mungkin obat mengandung virus," ujarnya.

Virus Machupo sendiri merupakan jenis virus yang penyebarannya dapat melalui udara, makanan, atau kontak langsung.

Virus tersebut dapat bersumber dari air liur, urine, atau feses hewan pengerat yang terinfeksi dan menjadi pembawa (reservoir) virus Machupo.

Penny mengimbau kepada masyarakat untuk membeli obat di tempat resmi seperti apotek ataupun toko obat berizin.

Jika menemukan produk yang mencurigakan, masyarakat dapat melapor ke contact center BPOM di nomor telepon 1500533 atau Balai Besar atau Balai POM di seluruh Indonesia.

Kesimpulan

Narasi yang menyebut bahwa obat parasetamol P-500 mengandung virus Machupo tidak benar atau hoaks.

BPOM tidak pernah menemukan kandungan virus Machupo dalam obat parasetamol P-500.

Selain itu, BPOM juga tidak pernah menerima laporan kredibel yang mendukung klaim bahwa virus Machupo telah ditemukan dalam produk obat parasetamol P-500.

BPOM selama ini melakukan evaluasi terhadap keamanan, khasiat, mutu, dan penandaan atau label produk sebelum diedarkan. Selain itu juga mengawasi sarana produksi, distribusi, dan produk yang beredar di wilayah Indonesia secara rutin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Komedian Sule Meninggal karena Kecelakaan

[HOAKS] Komedian Sule Meninggal karena Kecelakaan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Demo Terkait Kasus Pegi Setiawan di Cirebon pada 1 Juni

[HOAKS] Video Demo Terkait Kasus Pegi Setiawan di Cirebon pada 1 Juni

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Paket COD di Yogyakarta dari Sindikat Narkoba China

[HOAKS] Paket COD di Yogyakarta dari Sindikat Narkoba China

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Wali Kota Boston Michelle Wu Keturunan Indonesia

[HOAKS] Wali Kota Boston Michelle Wu Keturunan Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Terawan Promosikan Obat Hipertensi

[HOAKS] Video Terawan Promosikan Obat Hipertensi

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Artis Meninggal dan Gibran Batal Dilantik

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Artis Meninggal dan Gibran Batal Dilantik

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Ada Hujan Ikan di Iran, Peristiwa Lele Berserakan Terjadi di China

INFOGRAFIK: Tidak Ada Hujan Ikan di Iran, Peristiwa Lele Berserakan Terjadi di China

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks KFC Beri Voucher 3 Ember Ayam Goreng Gratis, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks KFC Beri Voucher 3 Ember Ayam Goreng Gratis, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Menilik Misi Dokter Lintas Batas di Daerah Bencana sampai Zona Perang

Menilik Misi Dokter Lintas Batas di Daerah Bencana sampai Zona Perang

Data dan Fakta
[HOAKS] Foto Ferdy Sambo Berada di Luar Negeri

[HOAKS] Foto Ferdy Sambo Berada di Luar Negeri

Hoaks atau Fakta
Hoaks soal 5 Pendiri NASA, dari Walt Disney sampai Aleister Crowley

Hoaks soal 5 Pendiri NASA, dari Walt Disney sampai Aleister Crowley

Hoaks atau Fakta
Kesetiaan Marco Reus dan Perpisahannya dengan Dortmund...

Kesetiaan Marco Reus dan Perpisahannya dengan Dortmund...

Data dan Fakta
[HOAKS] Penemuan Tengkorak Raksasa di Sri Lanka

[HOAKS] Penemuan Tengkorak Raksasa di Sri Lanka

Hoaks atau Fakta
Pakar HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Pakar HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Data dan Fakta
Pembantaian Tulsa, Kekerasan Rasial Terburuk dalam Sejarah AS

Pembantaian Tulsa, Kekerasan Rasial Terburuk dalam Sejarah AS

Sejarah dan Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com