Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Infodemik, Misinformasi yang Menyebar Lebih Cepat dari Virus

Kompas.com - 17/01/2022, 13:23 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Informasi palsu atau menyesatkan sama berbahayanya dengan virus yang menyebabkan pandemi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutnya sebagai infodemik.

Berdasarkan catatan Wordometers, per Senin (17/1/2022), virus corona penyebab Covid-19 telah mencapai 328,8 juta kasus di seluruh dunia.

Dengan semakin berkembangnya digitalisasi, meluasnya penggunaan internet dan media sosial, memungkinkan masyarakat mendapat informasi dengan lebih cepat.

Di sisi lain, informasi palsu atau menyesatkan berkembang lebih cepat dan berbahaya daripada virus itu sendiri.

Baca juga: Kominfo: Hoaks Seputar Covid-19 Mengancam Keselamatan Jiwa Masyarakat

Kekhawatiran di berbagai negara

Infodemik adalah palsu atau menyesatkan seputar virus dan pandemi, yang dapat memengaruhi perilaku dan rasa percaya masyarakat sehingga memperburuk penanganan.

Di tengah lonjakan kasus Covid-19 di berbagai negara, orang-orang mengalami kesulitan memahami informasi apa yang dapat diandalkan dan bisa dipercaya.

Imbasnya, muncul ketidakpercayaan pada otoritas kesehatan dan memperpanjang wabah.

WHO menilai, infodemik sama berbahayanya dengan kesehatan dan keamanan manusia seperti pandemi itu sendiri.

Baca juga: Pandemi Sudah Hampir 2 Tahun, Kenapa Hoaks Covid-19 Masih Bermunculan?

Sebanyak 132 negara dan wilayah telah menyerukan kerja sama internasional untuk melawan infodemik.

"Kami meminta semua orang untuk segera menghentikan penyebaran informasi yang salah dan mematuhi rekomendasi PBB untuk mengatasi masalah ini, termasuk Catatan Panduan PBB tentang Mengatasi dan Melawan Ujaran Kebencian terkait Covid-19," tulis pernyataan dari 132 negara.

Krisis Covid-19 menunjukkan betapa pentingnya akses informasi yang gratis, andal, dapat dipercaya, faktual, multibahasa, tepat sasaran, akurat, jelas dan berbasis sains, serta untuk memastikan dialog dan partisipasi semua pemangku kepentingan dan komunitas yang terkena dampak selama masa krisis.

Mereka menyerukan negara-negara untuk mengambil langkah melawan penyebaran misinformasi dan disinformasi, dengan tetap menghormati kebebasan berekspresi warga negara, keamanan, dan ketertiban publik.

Baca juga: Indonesia Dorong Kebijakan Penyelesaian Pandemi Covid-19 dalam Presidensi G-20

Sains bisa berubah

Tidak ada yang tahu atau merencanakan pandemi Covid-19. Ini adalah penyakit baru yang masih terus dipelajari dari waktu ke waktu.

Temuan-temuan tentang tentang penyakit ini juga bisa berubah. Skeptisisme masyarakat bisa saja muncul karena perubahan itu.

Melansir Healthline, 31 Mei 2020, profesor pediatri di divisi alergi dan imunologi di Rumah Sakit Anak Nasional Ohio, David Stukus berpendapat bahwa perubahan adalah bagian dari sains dan ilmu pengetahuan.

“Itu menunjukkan kepada kita bahwa kita dapat berkembang, dan jika bukti menunjukkan bahwa pemikiran kita sebelumnya salah, kita harus dapat mengubah rekomendasi dan saran kita berdasarkan kualitas bukti terbaik pada saat itu,” kata dia.

Ilmu pengetahuan adalah proses berulang, di mana fakta dan kebenaran terus diuji melalui pengamatan yang terus-menerus dan terkontrol.

Penelitian seputar Covid-19 dan vaksinnya baru berlangsung sekitar 2 tahun, informasi berkembang pesat, dan informasi baru mungkin bertentangan dengan yang lama.

Bagaimana mendapat informasi yang benar?

Stukus berpendapat, politikus atau pengusaha bisa saja memanfaatkan pandemi untuk kepentingan tertentu.

Maka, saran terbaiknya adalah meneliti studi dan data apa yang mereka bagikan. Pastikan bahwa studi tersebut ditinjau atau dipublikasikan oleh rekan sejawat, dan bahwa para ahli medis tidak memiliki motif keuangan.

Sementara, kecepatan informasi di ranah daring perlu diimbangi dengan literasi digital.

Penting bagi masyarakat untuk memahami mana media yang independen dan menyajikan fakta, serta sumber-sumber informasi resmi dari pemerintah yang bisa diikuti.

Masyarakat juga bisa menanyakan langsung kebenaran suatu informasi ke satuan tugas setempat, atau menghubungi tenaga kesehatan yang paling bisa dijangkau di wilayahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar 'Time' Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

INFOGRAFIK: Tidak Benar "Time" Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com