Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Teknologi CCUS, Penangkapan Karbon untuk Mitigasi Emisi CO2

KOMPAS.com - Penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (carbon capture, utilization and storage/CCUS) merupakan salah satu metode untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2).

Dilansir Renewable Energy Magazine, penangkapan karbon mengambil CO2 yang berasal dari asap industri atau sumber lain dan kemudian menyimpannya, paling sering di dalam tanah.

Karbon dapat bertahan di dalam tanah selama 70.000 tahun atau lebih, sehingga secara efektif menghentikan emisi tersebut memasuki atmosfer.

Karbon bawah tanah juga dapat diserap oleh tanaman melalui fotosintesis, sehingga bertindak sebagai pupuk.

Teknologi penangkapan karbon pertama kali muncul pada tahun 1920-an, bermula dari upaya menghilangkan kotoran dari metana sebelum dijual.

Kemudian, pabrik penangkap karbon diusulkan untuk pertama kali oleh para ilmuwan pada 1938. Namun, proses penangkapan karbon baru terjadi beberapa waktu kemudian.

Proyek komersial pertama yang menyuntikkan karbon ke dalam tanah dimulai pada 1972. Selanjutnya, integrasi penangkapan dan penyimpanan karbon dimulai di Norwegia pada 1996.

Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon menjadi jauh lebih efisien sejak proyek Sleipner di Norwegia.

Sehingga, teknologi itu menjadi lebih umum dan mendapatkan banyak dukungan, terutama dari perusahaan minyak.

Menurut International Energy Agency (IEA), terdapat sekitar 40 fasilitas komersial yang telah beroperasi dengan menerapkan CCUS, untuk proses industri, transformasi bahan bakar, dan pembangkit listrik.

Penerapan CCUS telah berkembang secara substansial dalam beberapa tahun terakhir, dengan lebih dari 500 proyek dalam berbagai tahap pengembangan di seluruh jaringan CCUS.

Fasilitas CCUS saat ini menangkap lebih dari 45 Mt CO2 setiap tahunnya. Sejak Januari 2022, pengembang proyek telah mengumumkan ambisi untuk mengoperasikan sekitar 50 fasilitas penangkapan baru pada 2030, yang mampu menangkap sekitar 125 Mt CO2 per tahun.

Namun demikian, bahkan pada tingkat tersebut, penerapan CCUS akan masih jauh di bawah target 1,2 Gt CO2 per tahun dalam Skenario Net Zero Emissions (NZE) pada 2050.

Catatan terkait CCUS

Dikutip dari New Scientist, teknologi CCUS dipandang sebagai alat penting untuk mengatasi perubahan iklim oleh otoritas seperti IEA dan Intergovernmental Panel on Climate Change.

Bahkan, teknologi itu akan menerima banyak dukungan dalam rancangan undang-undang iklim baru pemerintah AS, dan negara-negara lain juga memberikan insentif untuk menerapkannya, termasuk Norwegia dan Inggris.

Namun, laporan Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menunjukkan bahwa teknologi tersebut tampaknya tidak sepenuhnya efektif.

Laporan tersebut menganalisis kinerja 13 skema CCUS unggulan yang ada di seluruh dunia, yang secara keseluruhan mewakili 55 persen penangkapan CO2, menggunakan data yang dipublikasikan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

Laporan itu menyatakan, sepanjang masa pakainya, fasilitas LaBarge ExxonMobil di Shute Creek di Wyoming berkinerja buruk, sekitar 36 persen dalam hal kapasitas.

Sementara itu, pembangkit listrik Boundary Dam di Saskatchewan, Kanada, menangkap CO2 sekitar 50 persen lebih sedikit dari target yang direncanakan.

Adapun, kapasitas skema Gorgon milik Chevron di Australia Barat sekitar 50 persen lebih rendah dari yang direncanakan dalam lima tahun pertama.

Laporan itu mencatat dua proyek CCUS gagal, termasuk proyek Kemper di Mississippi, yang telah lama tertunda dan konstruksinya akhirnya ditinggalkan pada 2017.

"Apakah CCUS merupakan solusi terhadap permasalahan iklim kita? Saya akan mengatakan tidak. Seringkali, hal tersebut tidak benar-benar sesuai dengan kapasitas desainnya," kata Bruce Robertson peneliti IEEFA, yang merupakan penulis laporan tersebut.

Menurut Robertson, dalam banyak kasus, teknologi CCUS digunakan untuk mengekstraksi lebih banyak minyak dari reservoir dibandingkan untuk membatasi perubahan iklim dengan menangkap CO2 untuk jangka panjang.

“Mereka (industri) mengatakan ini adalah sektor yang sedang berkembang. Faktanya, sistem ini telah beroperasi hampir sepanjang hidup kita,” kata Robertson.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa buruknya kinerja CCUS bukan karena kekurangan sumber daya finansial atau teknik. Sebagai contoh, proyek Gorgon milik Chevron menelan biaya 3,1 miliar dolar Australia.

Sementara itu, Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Laode M Syarif dalam opininya di Harian Kompas, 2 Januari 2024, menyebutkan bahwa pemerintah dan DPR harus hati-hati dalam merumuskan regulasi CCUS karena di banyak negara terbukti tak efektif dan bahkan berbahaya bagi perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.

Laode mengatakan, teknologi CCUS juga tak dikenal dalam Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lingkungan Hidup, UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, dan UU Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.

CCUS juga tidak ditemukan dalam dokumen Kontribusi yang Ditetapkan secara Nasional (Enhanced Nationally Determined Contribution/ENDC) 2022 Republik Indonesia.

Satu-satunya aturan tentang CCUS yang dapat dirujuk adalah Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) Nomor 2 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon, serta Penangkapan, Pemanfaatan, dan Penyimpanan Karbon pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.

Namun, Permen ESDM No 2/2023 ini tak merujuk pada UU Lingkungan Hidup dan ENDC, tetapi hanya mengkhususkan diri pada penyimpanan karbon usaha minyak dan gas bumi dan tak mencakup emisi karbon yang lain.

Permen ESDM No 2/2023 yang terdiri dari sepuluh bab dan 61 pasal ini hanya menekankan pengaturan dan proses CCUS, tetapi tidak mensyaratkan adanya kewajiban analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) untuk proyek CCUS.

Menurut Laode, teknologi CCUS perlu dipikirkan dan direnungkan kembali sebelum dimanfaatkan sebagai alat untuk mengurangi emisi CO2 di Indonesia.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2024/01/17/100100182/mengenal-teknologi-ccus-penangkapan-karbon-untuk-mitigasi-emisi-co2

Terkini Lainnya

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Data dan Fakta
Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Sejarah dan Fakta
Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi 'Online'

Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi "Online"

Hoaks atau Fakta
Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

Hoaks atau Fakta
Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

Hoaks atau Fakta
Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut 'Symphony No. 9'

Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut "Symphony No. 9"

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

Hoaks atau Fakta
Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke