Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Anak Nasional Pernah Berubah-ubah Tanggal, Ini Sejarahnya

KOMPAS.com - Sejak 1986, tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Hari itu dimaknai sebagai kepedulian seluruh bangsa Indonesia terhadap perlindungan anak.

Dilansir dari laman Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) adanya peringatan HAN diharapkan mampu membuat pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat berpartisipasi secara aktif untuk meningkatkan kepedulian dalam menghormati, menghargai, dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi.

Sebelum HAN dirayakan pada 23 Juli, perayaannya dilakukan pada tanggal berbeda-beda. Di awal kemunculannya peringatan tersebut bernama Pekan Kanak-kanak.

Pada Kongres Wanita Indonesia (Kowani) tahun 1951 disepakat Pekan Kanak-kanak diperingati setiap 18 Mei 1952.

Namun, dalam perjalanannya, perayaan Pekan Kanak-kanak dirubah menjadi 1 Juni sampai 3 Juni.

Seperti pernah ditulis Kompas.com sebelumnya, perubahan tanggal tersebut dilakukan dengan alasan supaya bisa bertepatan dengan libur sekolah anak.

Kongres Kowani pada tanggal 24-28 Juni 1964 memperpanjang peringatan hari anak dari 1 Juni sampai 6 Juni.

Tanggal 6 Juni dipilih Kowani sebagai bentuk penghormatan kepada hari lahir Presiden RI pertama, Soekarno. Pada peringatan 1-6 Juni 1965, nama Pekan Kanak-kanak juga diganti menjadi hari Kanak-kanak Nasional.

Dicabut Orde Baru

Peringatan hari Kanak-kanak Nasional pada 1 Juni sampai 6 Juni yang salah satunya untuk menghormati hari lahir Presiden RI pertama Soekarno dihapus saat Orde Baru.

Pada awal masa pemerintahan Presiden Soeharto tahun1967,  Dewan pimpinan Kowani mencabut tanggal peringatan 6 Juni dan kembali menggunakan nama Pekan Kanak-kanak.  Diperingati setiap18 Agustus yang bertepatan dengan pengesahan Undang-undang 1945.

Namun banyak pihak yang tidak puas, karena dinilai bertepatan dengan peringatan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehingga pada Kongres pada 26-28 Maret 1970 Hari Kanak-kanak Nasional ditetapkan tanggal 17 Juni, bertepatan dengan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara IV yang menjadi landasan berdirinya Orde Baru.

Pada 1980-an Peringatan Hari Kanak-kanak berubah nama menjadi Hari Anak Nasional (HAN).

Maka kemudian dibangun Istana Anak-anak Idononesia Taman Mini Indonesia Indah sebagai tempat penyelanggaraan hari Anak Nasional menggantikan Istana Olahraga Senayan pada tahun sebelumnya.

Ketika Kemendikbud dipimpin oleh Prof Dr Nugroho Nutosusanto pada 1984 disetujui adanya perubahan peringatan HAN yang sebelumnya 17 Juni menjadi 23 Juli.

Penetapan HAN tanggal 23 Juli pun diperkuat dengan munculnya Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1984 tentang Hari Anak Nasional yang diteken oleh Presiden Soeharto di Jakarta pada 19 Juli 1984. Keppres tersebut pun masih berlaku sampai sekarang. 

Dilansir dari harian Kompas 18 Juni 1984, usulan penggantian tanggal tersebut diusulkan oleh DPP Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-kanak Indonesia (GOPTKI). Usulan itu muncul karena pada tanggal 23 Juli terdapat nilai historis.

Di tanggal itu lahir UU Kesejahteraan RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Meski telah disetujui namun pada tahun 1984 HAN masih diperingati pada tanggal 17 Juni, dilangsungkan di TMII.

Perayaan HAN tanggal 17 Juni 1984 diisi dengan beragama atraksi, pertunjukkan tari, mendongeng bersama Kak Seto dan bernyanyi dengan Ibu Sud. Pada hari itu TMII tidak memungut biaya tiket kepada anak di bawah usia 12 tahun.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/07/25/132739882/hari-anak-nasional-pernah-berubah-ubah-tanggal-ini-sejarahnya

Terkini Lainnya

INFOGRAFIK: Tidak Benar 'Time' Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

INFOGRAFIK: Tidak Benar "Time" Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

Hoaks atau Fakta
Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Data dan Fakta
Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Sejarah dan Fakta
Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi 'Online'

Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi "Online"

Hoaks atau Fakta
Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

Hoaks atau Fakta
Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

Hoaks atau Fakta
Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut 'Symphony No. 9'

Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut "Symphony No. 9"

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke