Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rudy Hartono dan Rekor Delapan Gelar All England...

KOMPAS.com - Bagi masyarakat Indonesia, olahraga bulu tangkis tak kalah populernya dengan sepak bola. Berulang kali bendera Merah Putih berkibar membawa kebanggaan berkat olahraga ini.

Indonesia pun menjadi negara yang diperhitungkan di kancah bulu tangkis dunia. Prestasi belum terhenti, karena bermunculan sejumlah atlet bulu tangkis berprestasi dari tahun ke tahun.

Tidak jarang pebulu tangkis Indonesia menyabet gelar juara dalam turnamen bergengsi yang diikuti.

Dari sekian banyak pebulu tangkis Indonesia berprestasi, nama Rudy Hartono mungkin yang cukup mentereng. Ia sering disebut sebagai pebulu tangkis tunggal putra terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

Pria kelahiran Surabaya ini menjadi andalan Indonesia di sektor tunggal putra periode 1970-an, bersaing dengan juniornya, Liem Swie King.

Dari sejumlah prestasi yang diraih, gelar juara All England adalah yang lekat dengan nama Rudy Hartono.

Belum ada pebulu tangkis terbaik dunia sesukses Rudy Hartono di turnamen bulu tangkis tertua itu. Rudy Hartono mampu menyabet delapan kali juara All England.

Meski banyak bermunculan pebulu tangkis hebat, namun sampai saat ini tidak ada yang mampu melampaui rekor yang ditorehkan Rudy Hartono itu.

Salah satu pebulu tangkis yang hampir menyusul rekor Rudi Hartono adalah Lin Dan dengan enam gelar juara All England. Namun, akhirnya ia dipastikan gagal melampaui Rudy Hartono, setelah tahun 2020 lalu memutuskan gantung raket.

Gelar pertama dan paling berkesan

Rudy Hartono meraih gelar pertama All England pada1968. Ia mengalahkan pebulu tangkis andalan Malaysia, Tan Aik Huang dengan skor 15-2, 15-9.

Menurut Rudy Hartono, gelar pertama itu merupakan yang paling berkesan selain gelar All England yang ketujuh,

"Kalau ditanya di tahun mana yang paling berkesan dalam kehidupan saya mengikuti kejuaraan All England, saya akan mengatakan gelar pertama dan gelar ketujuh, merupakan gelar yang sangat berkesan," ujar Rudy Hartono dalam Harian Kompas edisi 13 Maret 1991.

Rudy Hartono bercerita, gelar pertama tersebut berkesan karena saat itu ia dan sejumlah atlet bulu tangkis Indonesia lainnya nyaris gagal mengikuti All England tahun 1968. Sebab, PBSI berencana tidak memberangkatkan atlet ke turnamen tersebut.

Sikap itu diambil menyusul keputusan International Badminton Federation (IBF) yang menyatakan Indonesia kalah WO di ajang Piala Thomas di Jakarta.

Keputusan itu sempat membuat Rudy Hartono kecewa. Karena ia sudah mempersiapkan diri dengan latihan ekstra keras.

Ia ingin mengulangi kesuksesan seniornya di Indonesia, Tan Joe Hok yang menjadi juara tunggal putra di turnamen All England.

Rudy Hartono bahkan sudah berjanji kepada sang ayah untuk memberikah gelar All England bagi Indosnesia.

"Oleh karenanya kami, para pemain Minarni, Retno Kustiyah, Mulyadi dan Darmadi melakukan perjuangan meminta kepada pengurus agar kami tetap dikirim diterjunkan ke kejuaraan tersebut," tuturnya.

Maka, ketika PBSI mengabulkan permintaannya berangkat ke London, Rudy Hartono tidak sia-siakan kesempatan itu. Lewat perjuangnnya, Rudy Hartono berhasil menepati janjinya kepada sang ayah maupun pengurus PBSI untuk meraih juara.

"Itulah kebahagiaan besar buat saya. Pertama saya telah berjanji kepada ayah, kepada teman-teman dan kemudian juga kepada pengurus. Saya seakan-akan sudah berani memutuskan sebelum pertandingan berlangsung," kata pria kelahiran 18 Agustus 1949 itu.

Sementara itu gelar ketujuh All England juga disebut Rudy Hartono tak kalah berkesan, karena ia menjadi pemain pertama yang memenangkan gelar All England tujuh kali berturut-turut.

"Gelar kedelapan dua tahun kemudian tidak lagi begitu berkesan, karena memang sudah diselingi dan juga waktu itu bagi saya tidak terasa sebagai suatu prestasi puncak. Tapi dalam sejarah bulu tangkis, ini memang rekor baru," ucap Rudy Hartono


Sempat akan jadi dokter atau pilot

Di awal kariernya sebagai pebulu tangkis Rudy Hartono sempat dilanda dilema. Ia berada di persimpangan jalan masa depan.

Awal 1970, Rudy Hartono memperoleh kado istimewa. Dia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.

Dalam Harian Kompas edisi 11 September 2019 disebutkan bahwa Rudy Hartono perlu beberapa bulan untuk memikirkan pilihannya, stetoskop atau raket. Namun, akhirnya ia memilih melanjutkan karier bulu tangkisnya

"Fakultas Kedokteran menuntut waktu yang ketat. Padahal, karier di bulu tangkis membutuhkan waktu dan energi yang full time,” tutur Rudy Hartono.

Pada tahun itu pula kembali datang godaan, Garuda Indonesia Airways menawarkan anggota tim Piala Thomas menjadi penerbang. Rudy dan rekan setimnya, Darmadi, lulus tes masuk.

Namun seperti sebelumnya, Rudy akhirnya tetap memilih melanjutkan karier bulu tangkisnya. Sementara rekannya Darmadi akhirnya banting setir menjadi pilot.

Mungkin jika bukan karena keteguhan dan kecintaannya pada bulu tangkis, kini kita akan mengenal sosok Rudy Hartono sebagai seorang dokter atau pilot.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/07/06/084400682/rudy-hartono-dan-rekor-delapan-gelar-all-england

Terkini Lainnya

Kesetiaan Marco Reus dan Perpisahannya dengan Dortmund...

Kesetiaan Marco Reus dan Perpisahannya dengan Dortmund...

Data dan Fakta
[HOAKS] Penemuan Tengkorak Raksasa di Sri Lanka

[HOAKS] Penemuan Tengkorak Raksasa di Sri Lanka

Hoaks atau Fakta
Pakar HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Pakar HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Data dan Fakta
Pembantaian Tulsa, Kekerasan Rasial Terburuk dalam Sejarah AS

Pembantaian Tulsa, Kekerasan Rasial Terburuk dalam Sejarah AS

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Hashim Akui Kemenangan Anies Baswedan di Pilpres 2024

[HOAKS] Hashim Akui Kemenangan Anies Baswedan di Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
Menyoal Gazawood dan Pallywood, Tudingan Manipulasi Korban Serangan Israel

Menyoal Gazawood dan Pallywood, Tudingan Manipulasi Korban Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Cristiano Ronaldo Dukung Anak-anak Palestina Hasil Manipulasi AI

[KLARIFIKASI] Video Cristiano Ronaldo Dukung Anak-anak Palestina Hasil Manipulasi AI

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Foto Keanu Reeves Lari Menenteng Kamera Bukan karena Mencuri dari Paparazi

INFOGRAFIK: Foto Keanu Reeves Lari Menenteng Kamera Bukan karena Mencuri dari Paparazi

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Menyebar Ikan Lele ke Saluran Air Bisa Cegah DBD? Cek Faktanya!

INFOGRAFIK: Menyebar Ikan Lele ke Saluran Air Bisa Cegah DBD? Cek Faktanya!

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Konteks Keliru soal Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

[VIDEO] Konteks Keliru soal Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pemain Real Madrid Vinicius Junior Keturunan Indonesia

[HOAKS] Pemain Real Madrid Vinicius Junior Keturunan Indonesia

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Manipulasi Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

[VIDEO] Manipulasi Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

Hoaks atau Fakta
Tenzing Norgay, Sherpa Pertama yang Mencapai Puncak Everest

Tenzing Norgay, Sherpa Pertama yang Mencapai Puncak Everest

Sejarah dan Fakta
[KLARIFIKASI] Pep Guardiola Enggan Bersalaman dengan Alan Smith, Bukan Perwakilan Israel

[KLARIFIKASI] Pep Guardiola Enggan Bersalaman dengan Alan Smith, Bukan Perwakilan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Seniman Suriah Bikin 'Patung Liberty' dari Reruntuhan Rumahnya

[HOAKS] Seniman Suriah Bikin "Patung Liberty" dari Reruntuhan Rumahnya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke