SEBAGAI pembelajar seni musik dan seni rupa, semula saya sempat menganggap kesenian adalah mahakarsa dan mahakarya manusia yang paling utama, maka paling penting bagi kehidupan manusia di planet bumi ini.
Kemudian saya merasa kecewa setelah mengindera kenyataan bahwa kesenian dimanfaatkan oleh penguasa bukan hanya untuk memperkokoh, namun bahkan mengembangkan kekuasaan penguasa dengan kesenian sebagai alat propaganda penguasa membius lalu menjerumuskan rakyat ke arah sesat seperti yang pernah dilakukan oleh Adolf Hitler di masa kejayaan Nazi di Jerman.
Baca juga: Profil Salim Said, Tokoh Pers dan Pengamat Militer yang Meninggal Dunia
Adalah almarhum Prof. Salim Said yang menyadarkan saya bahwa di atas kesenian masih ada kebudayaan dan di atas kebudayaan masih ada peradaban.
Sungguh merupakan kehormatan sekaligus keberuntungan bagi saya bahwa Prof. Salim Said bermurah hati mengajak saya ikut bergabung di dalam kegiatan Institut Peradaban.
Sebaliknya Prof. Salim Said mengabulkan permohonan saya untuk berkenan bergabung ke dalam Paguyuban Punakawan bersama Rizal Ramli, Franz Magnis Suseno, Sandyawan Sumardi, HS Dillon, Daud Sinyal, Christianto Wibisono, Mahfud MD, dan tokoh nasional lainnya berupaya menasehati, meski tidak digubris oleh pemerintah.
Di dalam Pancasila, kearifan peradaban terutama tersirat dan tersurat pada sila Kemanusiaan yang tidak cuma adil, tetapi juga wajib beradab.
Secara sabar namun tegas, Prof. Salim Said membimbing serta menuntun saya agar mampu memahami makna apa yang disebut sebagai peradaban.
Dari Prof. Salim Said pula saya memperoleh kesadaran bahwa pada hakikatnya peradaban merupakan bekal utama perjalanan perjuangan hidup umat manusia di planet bumi yang cuma satu dan satu-satunya di alam semesta. Adalah peradaban yang membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya di marcalada ini.
Dari secuil pemahaman tentang peradaban yang berhasil saya petik dari ajaran Prof. Salim Said, saya memperoleh motivasi dan inspirasi untuk mendirikan Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan berdasar keyakinan bahwa kemanusiaan adalah mahkota peradaban.
Peradaban yang tidak berorientasi pada kemanusiaan niscaya rawan tersesat menjadi kebiadaban seperti angkara murka yang kini sedang terjadi di Gaza.
Adalah pemikiran Prof. Salim Said pula yang memantapkan keyakinan saya terhadap eksistensi filsafat Indonesia yang berdiri sama tinggi duduk sama rendah dengan filsafat Yunani, Jerman, Inggris, Perancis, India, China, Arab, Jepang dan filsafat bangsa manapun di marcapada ini.
Terima kasih, Prof. Salim Said!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.