Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kematian Sokrates Versi David

Kompas.com - 08/09/2023, 16:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JACQUES-Louis David adalah pelukis terkemuka di Perancis dari gerakan Neo-klasik. David menjadi anggota Akademi Perancis pada 1783, memperoleh ketenaran pada 1780-an dengan serangkaian lukisan, termasuk 'Sumpah Horatius” yang mengemukakan minimalisasi desain dan fokusisasi tema.

Mahapelukis kelahiran Paris ini juga tersohor karena lukisan potret dengan teknik ulasan kuas mendekati kenyataan secara sempurna artistikal.

Di panggung politik, David juga mengambil bagian aktif dalam Revolusi Perancis 1789, terpilih sebagai wakil parlemen dan berperan penting dalam penghapusan "Royal Academy of Painting and Sculpture".

Serial lukisan tentang Napoleon sebagai jenderal, konsul, dan kaisar mendukung gerakan mememuliakan sang warga kelahiran Korsika yang kemudian malah menjadi diktator Perancis.

Dari pecahnya Revolusi hingga jatuhnya Napoleon Bonaparte, David memberikan pengaruh besar terhadap seni rupa Perancis.

Secara subyektif, saya pribadi menganggap lukisan bertema Kematian Sokrates (La Mort de Socrate) merupakan lukisan mahakarya Jacques Louis David yang paling mengandung sukma historis politis tentang bagaimana penguasa merusak makna sejati demokrasi.

Lukisan yang dibuat pada 1787 di Paris, kini dimiliki dan dipamerkan di Museum Kesenian Metropolitan, New York City, dramatis memvisualkan adegan kematian Sokrates seperti yang dikisahkan oleh Platon.

Menurut yang dikisahkan Platon di Phaidon, parlemen Athena menuduh Sokrates telah mengkontaminasi pikiran generasi muda dan ketiadaan rasa hormat kepada para dewa versi penguasa, sehingga ia dijatuhi hukuman untuk dilarang berfilsafat lagi.

Namun Sokrates memilih untuk membunuh dirinya dengan minum racun. Sokrates menggunakan kematiannya sebagai pelajaran terakhir untuk para muridnya untuk senantiasa berani mengkritik penguasa demi menyelamatkan negara, bangsa, dan rakyat dari angkara murka penyesatan dan penindasan lahir-batin oleh penguasa.

Ketimbang hidup tanpa kemerdekaan hak asasi memiliki pendapat serta mengemukakan pendapat, Sokrates memilih untuk mati.

Pada hakikatnya lukisan detik-detik terakhir Sokrates mahakarya Jacques Louis David merupakan monumen abadi perjuangan manusia menjunjung tinggi sukma dasar demokrasi, yaitu hak asasi manusia untuk memiliki pendapat dan mengemukakan pendapat.

Sungguh memprihatinkan bahwa pada kenyataan (termasuk di Indonesia) kerap kali para penguasa yang merasa kekuasaan mereka terancam tidak segan menghalalkan segala cara untuk membungkam, bahkan memusnahkan kritik rakyat terhadap penguasa.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com