Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Etnomatematika Indonesia

Kompas.com - 04/09/2023, 17:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SATU di antara akal-muslihat yang didayagunakan oleh kaum penjajah demi menguasai kaum dijajah adalah mematahkan semangat kebanggaan nasional kaum dijajah agar kehilangan percaya diri sehingga menderita xenofiliak, maka lebih memuja kebudayaan bangsa asing ketimbang kebudayaan bangsa diri sendiri.

Contoh keberhasilan kaum penjajah mematahkan semangat kebanggaan nasional adalah warisan keyakinan bahwa peradaban bangsa Indonesia sama sekali tidak memiliki ilmu matematika.

Bahwa bangsa Indonesia pada sekitar abad IX sudah terbukti mampu membangun bangunan monumental menggetar sukma seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Gedong Songo, Pura Besakih, Pura Tanah Lot, Tongkonan, Rumah Panjang, Rumah Gadang dan lain-sebagainya merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia memiliki kemampuan matematikal angkamologis maupun geometrikal tidak kalah ketimbang bangsa mana pun di dunia ini.

Bahwa masyakakat Bugis mampu membuat kapal untuk mengarungi samudera Hindia sampai ke Madagaskar dan Afrika Selatan merupakan fakta yang membuktikan bahwa bangsa Indonesia memiliki kemampuan matematikal tidak kalah unggul ketimbang bangsa mana pun di marcapada ini.

Bahwa masyarakat Minangkabau mampu membangun Istana Pagaruyung dengan mahadesain eksterior arsitektural sedemikian simetris geometris indah tiada dua pada hakikatnya merupakan bukti nyata bahwa bangsa Indonesia memiliki daya pikir matematikal tiada dua di planet bumi ini.

Bahwa masyarakat Bali mampu membangun sistem irigasi tradisional Subak yang telah diakui UNESCO sebagai warisan kebudayaan dunia jelas merupakan bukti tak terbantahkan bahwa bangsa Indonesia memiliki ilmu matematika tidak kalah unggul ketimbang bangsa mana pun di dunia ini.

Bahwa lukisan gua tertua menampilkan layang-layang di dunia berada di Sulawesi Tenggara merupakan indikasi bahwa bangsa Indonesia memiliki kesaktian matematikal mandraguna yang terbukti melahirkan tokoh ilmu dirgantara Indonesia kaliber dunia seperti presiden III Republik Indonesia yang memulihkan demokrasi di persada Nusantara, Prof DR BJ Habibie.

Budayawan dan sejarawan Wahjudi Djaja mengingatkan bahwa ada satu kecerdasan manusia Jawa yang karena tidak dipahami secara utuh maka dianggap klenik, yaitu "petung".

Lebih dari soal matematika, petung mampu meramu beragam ilmu dalam sebuah ngelmu yang dahsyat.

Turunannya ada pada "naga dina", kemampuan membaca hari berdasar perhitungan tertentu sehingga mampu menghitung beragam hal jauh pada masa lampau untuk diproyeksikan pada masa kini dan masa depan.

Sayang, kebudayaan seperti ini sudah semakin dijauhi, seperti halnya dinamika hidup petani yang dekat dengan petung, naga dina dll.

Sekitar 1670-an di era Mataram, Sultan Agung mendesain kalender yang merupakan perpaduan beragam ilmu matematika dan astronomi yang sampai sekarang masih dipakai oleh masyarakat Jawa.

Berarti, selama kita tak pernah mau mengeksplorasi pengetahuan leluhur, sejauh itu pulalah kita akan selalu ketinggalan.

PR besar bagi para pemimpin masa depan: maju tetapi masih berpegang pada tradisi keilmuan leluhur.

Bagi yang sinis menyatakan bahwa segenap bukti keunggulan itu sekadar berasal dari masa lalu belaka, maka dengan bangga saya menampilkan bukti bahwa pada masa kini cukup banyak putra-putri terbaik Indonesia berjaya di khasanah matematika kelas dunia seperti Prof Edy Tri Baskoro, Prof Budi Nurani, Prof Iwan Pranoto, Prof Kiki Ariyani Sugeng, Prof Slamin, Prof Hendra Gunawan, Prof Wono Setyabudi, Prof Dafik dan masih terlalu banyak para anggota laskar matematika Indonesia siap berkarsa dan berkarya menjunjung tinggi harkat dan martabat matematika Indonesia di gelanggang matematika dunia. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Tren
Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Tren
Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Tren
Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Machu Picchu dan Borobudur

Machu Picchu dan Borobudur

Tren
6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com