KOMPAS.com - Setelah gerhana Matahari hibrida, fenomena astronomi lain akan menyapa Indonesia.
Adalah gerhana Bulan penumbra, fenomena yang akan menghiasi langit Indonesia pada Jumat (5/5/2023).
Gerhana Bulan penumbra terjadi akibat cahaya Matahari terhalang oleh Bumi ke Bulan. Kondisi ini menyebabkan tidak semua cahaya Matahari sampai ke Bulan.
Koordinator Bidang Tanda Waktu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Himawan Widayanto mengatakan, gerhana Bulan penumbra terjadi ketika posisi Bulan, Bumi, dan Matahari tidak sejajar.
"Hal ini membuat bulan hanya masuk ke bayangan penumbra bumi," kata Himawan, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (26/4/2023).
Panumbra adalah bayangan berbentuk kerucut yang muncul akibat terhalangnya cahaya Matahari oleh Bumi.
Menurutnya, fenomena astronomi ini merupakan akibat dari pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan yang dinamis.
Baca juga: Fenomena Pink Moon 17 April, Benarkah Bulan Berubah Warna Pink?
Himawan mengatakan, seluruh wilayah Indonesia dapat menyaksikan gerhana Bulan penumbra mulai dari awal hingga akhir.
Bukan hanya di Indonesia, gerhana ini juga terlihat di sebagian besar Asia, Australia, sebagian kecil Afrika, dan sebagian Rusia.
Di Indonesia, waktu gerhana Bulan penumbra mulai pada pukul 22.12 WIB dan puncaknya pada 6 Mei pukul 00.24 WIB.
Baca juga: Gerhana Bulan Penumbra Akan Terjadi pada 5 Mei 2023, Apa Itu?
Berikut rincian waktu gerhana Bulan penumbra 5 Mei 2023 di Indonesia:
Baca juga: Gerhana Bulan Penumbra 5 Mei 2023: Cara Melihat dan Dampaknya
Menurut Himawan, gerhana Bulan penumbra bisa disaksakan secara langsung oleh warga dengan mata telanjang.
Sebab, gerhana Bulan penumbra ini tidak memiliki dampak yang bisa membahayakan mata.
"Gerhana bulan penumbra dan gerhana Bulan lainnya bisa dilihat langsung dengan mata tanpa bantuan alat," ujarnya.
Setelah 5 Mei, Himawan menyebut gerhana Bulan Penumbra ini akan kembali menghiasi langit Indonesia pada 24-25 Maret 2024.
Namun, gerhana tahun depan tidak dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia.
Baca juga: Ramai soal Fenomena Bulan Bercincin Disebut dengan Halo Bulan, Ini Penjelasan BRIN
(Sumber: Kompas.com/Diva Lufiana Putri, Aditya Priyatna Darmawan | Editor: Farid Firdaus, Inten Esti Pratiwi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.