KOMPAS.com - Pada 20 April 2023 akan terjadi empat fenomena gerhana Matahari, yakni gerhana Matahari hibrida, gerhana Matahari total, gerhana Matahari cincin, dan gerhana Matahari sebagian.
Di Indonesia, mayoritas wilayahnya akan mengalami gerhana Matahari sebagian. Sedangkan gerhana Matahari total hanya akan dialami oleh 11 wilayah.
Lantas, sebenarnya, apa perbedaan dari gerhana Matahari total, sebagian, cincin, dan hibrida?
Baca juga: Jadwal Gerhana Matahari Sebagian di 38 Daerah Indonesia 20 April 2023
Peneliti di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menjelaskan, gerhana Matahari total adalah gerhana Matahari yang terjadi saat seluruh permukaan Matahari tertutup oleh Bulan.
Hal ini terjadi, karena jarak Bulan yang lebih dekat ke Bumi sehingga bayangan yang jatuh adalah bayangan umbra atau inti Bulan.
Dalam jurnal Gerhana Matahari terhadap Sifat Fisik dan Kimia Permukaan Bumi (2019) karya Saipul Hamdi, gerhana matahari sebagian disebut juga Partial Solar Eclipse.
Gerhana ini terjadi di area yang terkena penumbra bulan. Gerhana matahari sebagian muncul ketika sebagian Matahari tertutupi oleh Bulan.
Durasi gerhana Matahari sebagian jauh lebih lama dibanding gerhana matahari total, karena area bayangan kabur Bulan jauh lebih luas dibanding bayangan inti.
"Gerhana Matahari sebagian terjadi ketika sebagian permukaan Matahari tertutup oleh Bulan," kata Andi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (16/4/2023).
Gerhana matahari cincin atau Annular Solar Eclipse terjadi saat Bulan berada di titik terjauh dari Bumi, sehingga tidak semua areanya tertutupi matahari dan cahayanya akan terlihat menyerupai cincin.
Ukuran Bulan yang lebih kecil dibanding Matahari dan jaraknya yang lebih dekat ke Bumi, membuat Bumi, Bulan serta Matahari berada dalam satu garis lurus. Sehingga Bulan terlihat memiliki ukuran yang hampir sama dengan Matahari.
Gerhana Matahari hibrida adalah kombinasi antara gerhana Matahari total dan gerhana Matahari cincin.
Pada saat gerhana Matahari hibrida seperti 20 April 2023, ujung bayangan Bulan saat Matahari terbit akan terlihat di atas permukaan Bumi. Oleh karena itu, proyeksi bayangan inti Bumi atau antumbra akan jatuh ke permukaan Bumi.
"Gerhana Matahari total dan cincin berada pada satu jalur gerhana Matahari yang sama dalam satu kali gerhana," kata Andi.
Saat gerhana Matahari hibrida piringan Matahari tak tertutup seluruhnya oleh Bulan, sehingga terlihat menyisakan sedikit permukaan yang nampak seperti cincin. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan gerhana Matahari cincin.
"Di Indonesia (pada 20 April) hanya terjadi 3 jenis gerhana, yaitu gerhana Matahari hibrida, sebagian, dan total," paparnya.
Gerhana Matahari total terjadi 18 bulan sekali, sedangkan gerhana Matahari sebagian lebih sering terjadi yakni sekitar dua kali dalam setahun. Semenara untuk gerhana Matahari cincin terjadi setiap satu tahun sekali.
Sedangkan untuk gerhana Matahari hibrida merupakan gerhana yang jarang terjadi dan hanya berkisar satu gerhana per dekade.
Baca juga: 11 Wilayah yang Akan Alami Gerhana Matahari Total 20 April, Mana Saja?