KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang menyebutkan bahwa akan terjadi fenomena equinox pada 21 Maret 2023, viral di media sosial Twitter.
"Equinox 2 hari lagi, Matahari tepat berada di zenith Khatulistiwa," kata akun @Jogja_Uncover.
Unggahan tersebut diunggah pada Minggu (19/3/2023) dan telah dilihat lebih dari 61.000 kali warganet.
Equinox 2 hari lagi, Matahari tepat berada di zenith Khatulistiwa pic.twitter.com/kYUl5HYrBi
— ???????? MTGS Georitmus? 5.5+ (@Jogja_Uncover) March 19, 2023
Lalu apa itu Equinox yang akan terjadi pada 21 Maret 2023? Apakah Equinox berbahaya, dan apa dampaknya bagi Bumi?
Baca juga: Cuaca di Surabaya Panas Menyengat dalam Beberapa Hari Terakhir, BMKG Sebut karena Fenomena Equinox
Peneliti dari Pusat Riset Antarika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang membenarkan informasi akan adanya fenomena equinox pada 21 Maret 2023.
Ia menjelaskan, equinox adalah kondisi saat jumlah penyinaran Matahari di belahan Bumi utara dan selatan berimbang.
"Hal ini dikarenakan sumbu rotasi bumi tepat tegak lurus ke ekliptika, dan tidak condong ataupun menjauhi matahari," kata Andi saat dihubungi Kompas.com (20/3/2023).
Equinox, merupakan peristiwa alam tahunan yang rutin terjadi dua kali dalam setahun, biasanya sekitar bulan Maret dan September.
Wilayah yang mengalami ekuinox adalah wilayah yang dilalui garis khatulistiwa seperti kota Bonjol (Sumatera Barat) dan Pontianak (Kalimantan Barat).
Equinox terjadi karena Bumi bergerak mengitari Matahari dengan gerakan miring sekitar 23,5 derajat.
Hal inilah yang menyebabkan sinar Matahari tidak selalu tepat mengenai bagian tengah Bumi atau garis Khatulistiwa.
Selama setengah tahun, Matahari berada di belahan utara khatulistiwa. Setengah tahun berikutnya, Matahari berada di belahan selatan khatulistiwa.
Ketika berpindah dari belahan bumi sebelah utara ke belahan Bumi sebelah selatan dan sebaliknya, Matahari harus melintasi garis khatulistiwa. Nah, peristiwa inilah yang disebut equinox.