Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaesang Minat Terjun ke Politik, Pengamat: Boleh Beda Partai tapi Hati-hati dengan Politik Dinasti

Kompas.com - 30/01/2023, 20:45 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belakangan publik dikejutkan mengenai kabar bahwa putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep berminat terjun ke dunia politik.

Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto bahkan mengatakan bahwa PDI Perjuangan terbuka untuk Kaesang Pangarep bergabung.

Hal tersebut karena menurut Hasto, satu keluarga tidak bisa masuk ke dalam partai yang berbeda-beda.

"Ya sekiranya mau masuk ke PDI Perjuangan, karena kami ini punya aturan bahwa dalam satu keluarga tidak bisa masuk dalam pilihan partai-partai yang berbeda," kata Hasto dikutip dari Kompas.com, 28 Januari 2023.

Sebagaimana diketahui, Presiden Jokowi berasal dari partai PDI-P, sedangkan kakak Kaesang, Gibran Rakabuming yang kini menjadi Wali Kota Solo, juga berasal dari PDI-P.

Baca juga: Usai Aksi Pelemparan Batu ke Bus Persis Solo, Persita Tangerang Bakal Temui Kaesang

Lantas sebenarnya, bolehkah dalam satu keluarga masuk dalam keanggotaan partai yang berbeda-beda?

Bolehkah satu keluarga terjun ke politik lewat partai yang berbeda-beda?

Terkait hal tersebut, pengamat politik dari Universitas Diponegoro (Undip) Wijayanto yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat Media dan Demokrasi Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) mengatakan, tidak ada aturan mengenai satu keluarga yang akan terjun ke politik harus berada di partai yang sama.

"Secara legal formal, secara perundang-undangan dari sisi hukum, tidak ada ketentuan bahwa kakak-beradik atau saudara kandung harus ada di partai yang sama, tidak ada ketentuan seperti itu," ujar Wijayanto ketika dihubungi Kompas.com, Senin (30/1/2023).

Meski demikian pada praktiknya, kondisi keluarga yang terjun ke politik dan berasal dari satu partai, menurutnya memang lebih menguntungkan.

"Memang akan lebih menguntungkan jika kakak-beradik ayah dan anak, dalam kasus presiden dan anaknya berasal dari partai yang sama," ujarnya.

Baca juga: Pesan Bambang Pacul untuk Kaesang: Yang Paling Penting Itu Cocok kalau Masuk Partai


Ingatkan akan politik dinasti

Meski demikian, Wijayanto mengingatkan bahwa terjunnya Kaesang ke dunia politik saat ayahnya menjadi presiden, serta kakaknya menjadi kepala daerah, bisa dikatakan sebagai sebuah fenomena yang dikenal dengan nama politik dinasti.

"Memang itu adalah suatu fenomena yang bisa kita sebut sebagai politik dinasti. Politik dinasti marak di Indonesia, yang sebenarnya terjadi di berbagai tempat," kata dia.

Ia juga mengingatkan bahwa dari riset yang dilakukan LP3ES, pada tempat-tempat di mana kepala daerah lahir melalui politik dinasti, maka pertumbuhan ekonomi di daerah itu cenderung tidak baik.

Menurutnya, secara jangka panjang dan secara umum, politik dinasti juga bukan hal yang baik untuk demokrasi.

"Karena asas demokrasi itu seharusnya adalah meritokrasi, artinya seseorang itu menjadi pemimpin atau dipilih dalam politik bukan melalui kekerabatan namun karena kompetensi karena kapabilitas," ujar dia.

Baca juga: Saat Jokowi Bicara soal Rencana Kaesang Terjun ke Politik, Kaget hingga Tak Ingin Ikut Campur

Halaman:

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com