Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

"Kelirumologi" Pesta Demokrasi

Kompas.com - 07/11/2022, 08:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM upaya memasyarakatkan pemilu, yang tujuannya jelas bukan memilukan masyarakat, lembaga yang disebut sebagai pemerintah melakukan berbagai cara promosi sebagai metode penjualan agar keren disebut marketing, yang agar lebih keren lagi disebut branding.

Pendek kata pemerintah gigih berusaha agar masyarakat mau memilih para politisi untuk menjadi pemimpin yang berhak memerintah masyarakat di lembaga yang disebut sebagai pemerintah.

Satu di antara iming-iming promosi pemilu adalah sesumbar yang menegaskan bahwa pemilu merupakan pesta demokrasi. Sebagai iming-iming, slogan promosi tersebut cukup relevan sebab manusia memang suka pesta yang lazimnya memang menyenangkan sebab bersuasana riang gembira penuh kebahagiaan bertabur gemerlap hiasan pesta serta gemuruh musik untuk berdansa ria sepanjang malam sampai subuh.

Baca juga: Sejarah Pemilu 1999, Pesta Demokrasi dengan Partai Peserta Terbanyak

Pesta memang merupakan bagian melekat pada peradaban umat manusia sebagai hiburan terhadap derita perjalanan hidup menempuh kemelut deru campur debu serta kerikil tajam berpercik keringat, air mata, dan darah.

Namun sayang setriliun sayang, iming-iming suasana kebahagiaan yang dijanjikan pemilu sebagai pesta demokrasi ternyata tidak sesuai kenyataan. Fakta membuktikan bahwa Pesta Demokrasi 2019 alih-alih menebar kebahagiaan malah membakar angkara murka kebencian sehingga masing-masing kubu pendukung peserta pemilu saling cemooh, saling ejek, saling olok, saling hujat bahkan saling fitnah demi saling mencelakakan.

Pasti ada yang keliru pada Pemilu 2019 sebab ratusan petugas pemilu gugur dalam menunaikan tugas menyelenggarakan pesta demokrasi. Secara kelirumologis jelas bahwa Pemilu 2019 diselenggarakan secara keliru sehingga bukan menjadi pesta demokrasi tetapi malah prahara demokrasi yang sangat memilukan.

Jika pada tahun 2024 penguasa yang sedang berkuasa ingin menyelenggarakan pesta demokrasi secara tidak memilukan, maka hukumnya wajib bagi penguasa untuk lebih cermat dan lebih seksama mempersiapkan segala sesuatu terkait pemilu agar tidak ada lagi angkara murka kebencian antar sesama rakyat Indonesia.

Baca juga: Jokowi: Pesta Demokrasi Berjalan Jujur dan Adil

Penguasa juga wajib menatalaksana pemilu seefisien dan seefektif mungkin dengan mendayagunakan teknologi digital agar tidak ada lagi seorang petugas pemilu pun yang terpaksa gugur dalam menunaikan tugas.

Seorang saja sudah terlalu banyak apalagi ratusan. Sungguh amat sangat tidak layak mengorbankan petugas seorang pun demi menyelenggarakan pesta demokrasi yang jelas bukan untuk menyengsarakan tetapi justru membahagiakan seluruh rakyat Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com