Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Teka Teki Balap Kuda Adu Lambat

Kompas.com - 24/06/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGAI seorang kartunis yang pernah mencari nafkah di Jerman kemudian mendirikan Perhimpunan Pencinta Humor di Indonesia wajar apabila saya berupaya mempelajari apa yang disebut sebagai humor.

Meski tidak pernah berhasil secara paripurna apalagi sempurna mengetahui apa sebenarnya makna yang disebut humor, namun saya berhasil sedikit menyadari bahwa satu di antara sekian banyak sifat humor adalah bermain dengan logika.

Sebagai suatu bentuk pemikiran otak manusia, konon logika bisa diasah antara lain dengan latihan kebugaran otak dengan mencoba memecahkan teka-teki yang senantiasa meski tidak niscaya sedikit-banyak bermain dengan logika.

Satu di antara sekian banyak teka-teki bermain dengan logika adalah kisah seorang raja memiliki dua putera yang keduanya berambisi menjadi putera mahkota mewarisi tahta singgasana kerajaan apabila sang raja wafat.

Sang Raja sulit memilih siapa di antara kedua puteranya yang lebih cerdas sehingga lebih layak diangkat menjadi putera mahkota.

Maka sang raja menyelenggarakan sayembara balap kuda. Raja menyediakan dua ekor kuda yang satu berbulu hitam dan yang satu berbulu putih.

Kuda berbulu hitam harus ditunggangi sang putera sulung, sementara kuda berbulu putih harus ditunggangi sang putera bungsu dengan peraturan terbalik dari pacuan kuda pada lazimnya: siapa berhasil menunggangi kuda lebih lambat ketimbang kuda lawan melewati garis finish adalah sang pemenang lomba balap kuda.

Akibat tidak ada di antara kedua putera raja bersedia mengalah untuk lebih awal melewati garis finish, maka sayembara balapan kuda lambat-lambatan itu tidak pernah berakhir.

Akhirnya kedua putera raja menghadap sang raja untuk mohon petunjuk sang raja tentang bagaimana cara memecahkan teka-teki demi memenangkan sayembara balap kuda bersaing untuk bukan lebih cepat, namun malah lebih lambat melewati garis finish.

Sang raja langsung memerintahkan agar kedua putera raja saling tukar kuda yang ditunggangi lalu segera memacu kuda yang ditunggangi masing-masing untuk lebih cepat melewati garis finish.

Secepat mungkin sang putera sulung menunggangi kuda hitam milik putera bungsu, sementara putera bungsu menunggangi kuda putih milik putera sulung untuk kemudian masing-masing memacu kuda yang ditunggangi agar lebih dahulu melewati gratis finish.

Mengenai siapa yang akhirnya memenangkan sayembara pacuan kuda adu lambat, apakah sang putera sulung atau sang putera bungsu menjadi tidak penting diketahui, sebab sama sekali bukan the point alias titik inti makna teka-teki bermain dengan logika lomba balap kuda adu lambat.

Mohon dimaafkan jika saya keliru dalam menulis kisah sayembara balap kuda adu lambat ini sebab dengan daya logika yang apa boleh buat memang terbatas adalah wajar apabila otak saya dibingungkan oleh konstelasi logika simpang-siur di dalam kisah teka-teki nekad bermain dengan logika ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com