Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Subkhi Ridho
Pendidik dan Peneliti Sosial-Keagamaan

Wakil Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Inggris Raya periode 2018-2019, pendidik dan peneliti sosial-keagamaan.

Idul Fitri, Mudik, dan Kebinekaan Kita

Kompas.com - 30/04/2022, 04:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

RAMADHAN segera berakhir, bulan yang diyakini umat muslim penuh berkah ini tinggal menghitung hari usai di tahun 2022. Bulan Ramadhan selalu dinantikan umat muslim sedunia, terlebih di Indonesia. Bukan saja karena amal saleh akan dilipatgandakan berkali-kali lipat, di dalamnya juga dibukakan rahmat Allah SWT kepada mereka yang menjalankan puasa dengan ikhlas. Selain itu juga ampunan dibukakan seluas-luasnya bagi hamba-Nya yang telah berbuat banyak dosa dan khilaf.

Tidak ada bulan yang sebegitu mulia dibanding bulan Ramadan dalam kalender Hijriah. Penanggalan Hijriah ini ditetapkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, tepatnya 17 tahun setelah hijrahnya Rasulullah SAW.

Baca juga: 10 Hari Terakhir Ramadhan, Kapan Malam Lailatul Qadar 2022?

 

Penentuan kalendernya didasarkan bulan atau qamariah, yakni sejak kemunculan bulan sabit pertama hingga bulan sabit pertama berikutnya, itulah dimulainya awal bulan.

Penentuan awal Ramadan menggunakan penampakan bulan sabit, yang seringkali memicu perbedaan akibat metodenya yang tidak sama.

Jihad melawan hawa nafsu

Pada bulan Ramadan orang yang memberi makan orang yang sedang berpuasa mendapat pahala, bahkan tidurnya orang berpuasa pun mendapat imbalan pahala dari Sang Pencipta. Inilah beberapa keistimewaan bulan Ramadan. Rasulullah Muhammad SAW sampai menyebutkan bahwasanya jihad terbesar bagi seorang muslim yakni melawan hawa nafsu.

Saat Ramadan, seorang muslim berlatih melawan hawa nafsu yang seringkali menguasai manusia, tidak diperbolehkannya makan, minum, termasuk melakukan hubungan suami-istri, kecuali pada waktu yang telah ditentukan.

Maka tidak mengherankan apabila bulan Ramadan inilah medan jihad sesungguhnya. Ibadah yang tidak dapat terlihat oleh orang lain, kecuali oleh dirinya sendiri. Berpuasa tidak seperti orang menjalankan shalat yang dapat dipanjang-panjangkan dalam membaca surat-surat di Al Quran, sehingga terlihat khusyu’.

Berpuasa juga tidak dapat dipamerkan layaknya orang membayar zakat fitrah maupun zakat mal, termasuk pergi ibadah haji. Membayar zakat maupun pergi haji membutuhkan kemampuan keuangan yang berlebih.

Maka puasa Ramadhan itu sunyi, sesunyi kuburan di malam hari dalam aspek bebas dari pamer kepada orang lain. Orang dapat saja mengaku-ngaku berpuasa di depan orang lain, tetapi saat di belakang ia bisa minum bahkan makan sepuasnya.

Bagi muslim Indonesia, saat yang paling ditunggu setelah berpuasa Ramadan tentu merayakan Idul Fitri. Saat orang berasa suci kembali, sesuai makna bahasa dari Idul Fitri, yakni kembali pada fitrah kemanusiaan.

Sejumlah kendaraan mengantre untuk naik ke atas kapal di Pelabuhan Merak, Banten, Jumat (29/4/2022). Dalam puncak arus mudik di Pelabuhan Merak, ribuan kendaraan terjebak kemacetan hingga Cilegon Barat atau sekitar 10 km baik di jalur tol maupun jalur jalan arteri. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho GumayAkbar Nugroho Gumay Sejumlah kendaraan mengantre untuk naik ke atas kapal di Pelabuhan Merak, Banten, Jumat (29/4/2022). Dalam puncak arus mudik di Pelabuhan Merak, ribuan kendaraan terjebak kemacetan hingga Cilegon Barat atau sekitar 10 km baik di jalur tol maupun jalur jalan arteri. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Dengan harap-harap cemas apakah ibadah selama satu bulan penuh sungguh diterima oleh Allah SWT, maka Rasulullah mengajarkan kepada umat Islam untuk mengucapkan Taqabbalallahu minna wa minkum yang artinya “semoga Allah SWT menerima amalan aku dan kamu”, sebuah harapan akan diterima oleh Sang Penciptanya setelah melalui fase ibadah puasa Ramadan dan ibadah-ibadah lainnya.

Tradisi mudik

Jelang Hari Raya Idul Fitri, mudik telah menjadi sebuah tradisi yang sudah berjalan puluhan tahun sejak Indonesia merdeka. Arti mudik sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yakni berlayar, pergi ke udik (hulu sungai, pedalaman), atau dapat diartikan pulang ke kampung halaman. Tradisi mudik sudah menjadi “ritual” tahunan bagi jutaan muslim Indonesia. Apapun situasinya, seringkali tidak menjadi kendala maupun hambatan buat para pemudik.

Pandemi Covid-19 telah menghentikan laju arus mudik dalam dua tahun terakhir. Namun saat pandemi Covid-19 pada tahun 2022 melandai, mudik pun diperbolehkannya lagi oleh pemerintah dengan berbagai syarat, seperti telah melalukan vaksinasi sebanyak tiga kali.

Kebijakan dibolehkannya mudik menjadi kepuasan khusus bagi umat muslim, dan hemat saya bagi warga Indonesia semua, karena mudik bukanlah monopoli umat Islam Indonesia. Demikian pula dengan perayaan Idul Fitri, yang dikenal adanya syawalan; ini menjadi momentum persaudaraan di kampung, desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, maupun bangsa.

Baca juga: Tradisi Mudik di Berbagai Belahan Dunia, Termasuk Korea

 

Perayaan syawalan senantiasa melibatkan seluruh warga tanpa terkecuali. Syawalan menjadi forum persaudaraan sejati seluruh bangsa Indonesia. Orang saling meminta dan memberi maaf sembari mendoakan agar kehidupan berjalan lebih baik dan harmonis antarsesama anak bangsa.

Dari tradisi Islam Indonesia ini dapat diambil sebuah hikmah yang sangat besar, bahwa sebuah perayaan hari raya Islam ini sesungguhnya dapat menumbuhkan kepedulian terhadap kebinekaan yang sudah melekat bagi Indonesia. Tentu saja ini bagi muslim yang mengerti dan mau memahami secara komprehensif bagaimana seyogyanya menjadi muslim. Agar tidak mengurung diri, namun mesti dapat berselancar tanpa kehilangan arah di dunia yang cepat perubahannya akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.

Selamat Idul Fitri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com