Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Vaksin Berisi Virus yang Dilemahkan Menginfeksi Orang Lemah Imun

Kompas.com - 19/07/2021, 19:45 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial dengan narasi vaksin Covid-19 berbasis virus yang dilemahkan, tak aman bagi yang memiliki imun rendah dan disebut akan menginfeksi penerima.

Dalam narasi tersebut juga menyebutkan, vaksinasi tak harus dilakukan jika tujuannya untuk mencari imunitas, karena bisa diganti dengan konsumsi herbal atau tanaman antioksidan.

Informasi tersebut tak benar alias hoaks.

Narasi yang beredar

Akun yang mengunggah pernyataan ini adalah akun Facebok Frendly Matindas di grup Facebook Akhiri Plandemic pada 17 Juli 2021.

Dari sekian banyak pernyataan yang ia buat, berikut sebagian narasi yang menyangkut keamanan dan manfaat vaksin Covid-19:

"...

Sistem vaksin itu adalah mengambil sampel dari virus itu sendiri kemudian dilemahkan dan akan dumasukan/disuntikan ke tubuh transien/penerima/manusia dgn harapan ketika nanti kita terpapar virus itu maka imun tubuh/antibodi tubuh kita diharapkan sdh mengenal virusnya krn sdh ada RNA virus yg sama dan istilahnya sdh dilemahkan/sdh jadi virus yg baik utk melawan patogen sejenis...
Ya tapi klo baru diawal dimasukan ke tubuh terus sistem imun gk mampu mengadaptasi, ya selama anda positif covid

Itu tergangtung imunitas tubuh manusia sbg calon transien/penerima vaksin itu lah... klo gk bs adaptasi ya selamat jadi reaktif/reaktan benda asing atau vaksinnya yang notabennya dari virus covid itu sendiri dan ya positif covid jadinya dah

Klo hanya utk menjaga imunitas tubuh/antibodi utk tidak bisa kena atau terpapar covid banyak cara nya dan sdh tersedia kan di alam lah, gk perlu soal mesti vaksin yg nyatanya dari virus itu sendiri lah yg dibuat jd vaksinnya, tinggal searching google tanaman" sprti sayuran, buah"an yg bs meningkatkan kekebalan imun tubuh sbg tanaman antioksidan yg bs menangkal radikal bebas (virus dan bakteri)

..." tulis akun tersebut.

Tangkapan layar unggahan akun Frendly Matindas yang menyebarkan informasi terkait vaksin Covid-19Facebook Tangkapan layar unggahan akun Frendly Matindas yang menyebarkan informasi terkait vaksin Covid-19

Konfirmasi Kompas.com

Terkait hal tersebut, tim cek fakta Kompas.com menghubungi sejumlah ahli untuk memberikan penjelasannya.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD menegaskan, kedua premis soal vaksin di atas adalah hoaks.

"Ya keduanya hoaks," kata Ari saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/7/2021).

Tidak benar, jika virus yang dilemahkan dalam vaksin Covid-19 dapat menginfeksi penerimanya.

"Vaksin Sinovac (menggunakan) virus inactive, jadi tidak akan menyebabkan (penerima) jadi positif (Covid-19)," jelas dia.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Segini Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Segini Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tren
Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Tren
6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

Tren
Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Tren
Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Tren
Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com