Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Komunitas dan Pembentukan Karakter Bangsa

Kompas.com - 12/07/2021, 08:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MUHAMMAD Faisal dalam bukunya Generasi Kembali ke Akar: Upaya Generasi Muda Meneruskan Imajinasi Indonesia tahun 2020 mengatakan, generasi muda Indonesia akan kembali ke akar ke-Indonesiaannya.

Ia menjelaskan, sebuah generasi tidak akan bertumbuh jika tidak didasari akar yang kuat. Akar inilah yang nantinya akan dicari oleh para generasi muda kita.

Selain itu, mereka akan kembali memegang peranan penting dalam memajukan Indonesia terutama dalam era bonus demografi. Terlebih, data dari BPS 2020 mengatakan bahwa pemuda Indonesia berjumlah 145, 39 juta.

Jumlah yang banyak ini harusnya bisa menjadi aset bangsa. Jumlah ini kiranya kalau negara mampu memanfaatkannya dari sekarang, dampak positif dari bonus demografi akan kita nikmati.

Namun, terlepas dari jumlah yang melimpah ini, pemuda Indonesia saat ini sadar bahwa mereka bisa berkontribusi dan berperan penting dalam pembangunan Indonesia.

Pemuda punya kesadaran dan semangat nasionalisme yang tinggi. Mereka ingin menjadi bagian aktif bukan pasif dalam pembangunan bangsa.

Terlebih, generasi muda juga gandrung terhadap tujuan mereka hidup di dunia. Setiap manusia memiliki tujuan hidupnya dan pemuda Indonesia menganggap tujuan hidup ini sangat penting untuk mereka bisa berkontribusi.

Komunitas memberikan purpose

Untuk suatu perubahan yang besar bagi bangsa ini, tentunya perlu dimulai dari gerak langkah sederhana dan nyata oleh setiap dari kita. Sangat menyenangkan bisa berbuat suatu hal positif secara “berjamaah”.

Tenaga individu tidak banyak terkuras, karena banyak orang yang punya kepedulian terhadap suatu hal yang sama dengan kita.

Negeri ini butuh banyak “superhero” yang saling bekerja sama dan membuat kontribusi nyata bagi bangsa ini. Membentuk komunitas bisa jadi hal yang sangat menyenangkan, apabila kita dapat mengelolanya dengan cara yang baik dan benar.

Ketika bergabung dalam komunitas, ada perasaan to be part of something bigger. Kita mengetahui kalau bergabung ke dalam komunitas akan membuat keberadaan kita menjadi lebih bermakna.

Kita menjadi lebih peduli terhadap situasi lingkungan dan lebih empati terhadap orang lain. Kita menjadi being part of country not just having a country.

Dalam kata-kata seorang filsuf Erich Fromm, memiliki (having) lebih bersifat tempelan, sesuatu yang melekat, tetapi tidak menunjukkan kualitas seseorang.

Misalnya, kita berkewarganegaraan Indonesia, namun kita tidak menunjukkan bagaimana kualitas kita menjadi seorang warga Negara dalam bentuk kontribusi. Dengan bergabung dengan komunitas, kita menjadi (to be) seorang warga Negara Indonesia yang peduli dengan lingkungannya.

Oleh karena itu, sebagai pemuda, masa muda kita jangan hanya diisi kegiatan yang tidak produktif namun juga menyumbang tenaga dan pikiran pada lingkungan sekitarnya, tempat dirinya dilahirkan, tumbuh, dan besar untuk memberikan manfaat positif bagi daerahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com