Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rebutan Susu Beruang, Panic Buying Corona, dan Kepanikan Warga

Kompas.com - 04/07/2021, 18:25 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial diramaikan dengan sebuah video yang menampilkan warga berebut 'susu beruang' di sebuah pusat perbelanjaan.

Tak tanggung-tanggung, setiap orang yang berebut susu merk Bear Brand itu membawa lebih dari satu pak.

Hingga saat ini, video yang diunggah oleh @ezash pada Sabtu (3/7/2021) telah ditonton sebanyak 793,2 ribu kali dan disukai oleh 11,4 ribu warganet.

Baca juga: Video Viral Pembeli Rebutan Susu Beruang, Benarkah Berkhasiat?

Panic buying

Akibat tingginya permintaan, stok susu beruang pun mulai langka. Berdasarkan pantauan Kompas.com di marketplace, banyak penjual mematok harga lebih tinggi dari harga aslinya.

Fenomena panic buying ini sebelumnya juga pernah terjadi di awal pandemi pada Maret tahun lalu.

Saat itu, masker dan handsanitizer hilang di pasaran dan mengalami lonjakan harga.

Menanggapi hal itu, sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono mengatakan, fenomena panic buying tersebut dinamakan dengan demonstration effect.

Menurut Drajat, perilaku masyarakat yang melakukan panic buying itu muncul karena peniruan dari orang lain.

"Kalau ada orang berbondong-bondong membeli susu beruang atau lainnya, itu kemudian yang lain ikut," kata Drajat kepada Kompas.com, Minggu (4/7/2021).

Baca juga: Ramai Rebutan Susu Beruang Saat Corona Melonjak, Ini Kata Ahli Gizi UGM

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com