KOMPAS.com - Fenomena puting beliung banyak terjadi pada masa transisi, baik dari musim kemarau ke musim hujan maupun sebaliknya.
Puting beliung sejatinya merupakan fenomena alami yang biasa terjadi. Hal itu terutama ketika terjadi hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang yang berdurasi singkat.
Namun pusaran angin puting beliung yang dihasilkan bersifat merusak dan mampu menghancurkan bangunan-bangunan yang dilewatinya.
Tak jarang fenomena angin puting beliung ini membuat masyarakat panik.
Sebenarnya, apa puting beliung itu?
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Miming Saepudin, menjelaskan bahwa puting beliung merupakan fenomena angin kencang yang bentuknya berputar menyerupai belalai, keluar dari Awan Cumulonimbus (CB) dan terjadi di daratan.
Jika putaran angin terjadi di perairan, lanjut Miming, fenomena dinamakan water spout.
“Puting beliung terbentuk dari jenis awan CB, tetapi tidak semua awan CB dapat menimbulkan fenomena puting beliung,” kata Miming kepada Kompas.com, Minggu (27/10/2019) siang.
Miming menambahkan, terdapat kondisi tertentu yang menyebabkan puting beliung, seperti kondisi labilitas atmosfer yang melebihi ambang batas tertentu.
Hal tersebut mengindikasikan udara sangat tidak stabil.
Miming menyampaikan, fenomena puting beliung umumnya terjadi pada periode masa transisi atau peralihan musim, yaitu pada Maret-Mei atau September-November.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Viral Video WNA Rusak Pelinggih di Bali
Terdapat beberapa indikasi umum untuk dapat digunakan untuk mengenali terjadinya potensi cuaca ekstrem, seperti puting beliung/hujan es/hujan lebat disertai petir dan angin kencang yang umumnya terjadi pada masa peralihan musim atau pancaroba. Apa saja?
Sementara itu, Miming menyampaikan bahwa sifat-sifat puting beliung/angin kencang berdurasi singkat, seperti:
Miming mengimbau masyarakat untuk memangkas pohon-pohon rimbun, terutama pohon tua atau mudah roboh.
"Karena angin puting beliung jika mengenai pepohonan dapat menumbangkan pohon-pohon yang rapuh," tutur dia.
Selain itu, hindari penggunaan atap-atap yang tidak permanen pemasanganya dan mudah terbang.
Saat puting beliung terjadi, ujar Miming, seseorang harus berlindung dalam ruangan yang kokoh dan menghindari posisi berada di dekat pohon-pohon yang memiliki potensi roboh oleh angin.
"Harus menghindarinya (menghindari angin puting beliung atau tidak mendekatinya)," papar dia.
Baca juga: BMKG Sebut Typhoon Hagibis Picu Gelombang 4 Meter di Perairan Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.