Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati Berbicara, Kekerasan Verbal Pengaruhi Perkembangan Otak Anak

Kompas.com - 21/10/2019, 20:58 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Menahan emosi menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua, terutama dalam mendidik anak.

Salah satu yang perlu diingat adalah hindari kekerasan verbal, seperti marah atau berteriak, saat berbicara dengan anak.

Bentakan bahkan makian sering didapatkan anak-anak saat mereka melakukan sesuatu yang membuat orangtua atau orang dewasa di sekitarnya marah.

Padahal, bisa saja sang anak memang tak mengetahui apa yang dilakukannya.

Dokter Spesialis Anak dari RS Mayapada Hospital Tangerang dr. Marlyn Cecilia Malonda, SpA mengatakan, ada dampak yang akan diterima anak terkait perkembangan otaknya.

Baca juga: Ini Efek yang Akan Terjadi jika Sering Berteriak kepada Anak

Kekerasan verbal dapat membuat anak mengalami keterlambatan perkembangan, memicu komplikasi, bahkan kematian.

“Gambaran otak pada anak dengan pelecehan atau kekerasan fisik akan terlihat mengecil pada radio imaging kepala berupa gambaran atrofi kortikal seperti sesuatu yang lebih umum terlihat pada orang tua yang menderita penyakit Alzheimer,” kata Marlyn kepada Kompas.com, Senin (21/10/2019).

Akan tetapi, dampak kekerasan verbal ini masih diabaikan dan kurang dianggap penting.

Risikonya, dapat mengganggu kesehatan mental hingga gangguan pada otak.

“Beberapa penelitian telah menemukan bahwa anak-anak yang mengalami tekanan emosional dan kekerasan verbal sejak usia dini memiliki masalah dengan emosi dan memori,” ujar dia.

Nada suara yang melengking dan kasar akan meningkatkan tingkat stress terhadap seorang anak yang mengalaminya.

Baca juga: Tips Mencegah Kecanduan Gadget pada Anak

Penelitian dari RSA Stanford pada tahun 2009 menemukan, anak-anak yang mengalami stres pasca-trauma dengan kadar hormon kortisol yang tinggi mungkin mengalami penurunan ukuran hippocampus.

Hippocamus adalah bagian otak yang memproses memori dan emosi.

Penelitian lain menyebutkan, tingginya tingkat stress di masa kanak-kanak dapat menyebabkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan obesitas pada kemudian hari.

Oleh karena itu, Marlyn mengimbau kepada seluruh orangtua maupun orang dewasa untuk meminimalisasi penggunaan kata-kata yang keras terhadap anak.

“Hindari menegur atau memarahi anak dengan kata-kata kasar ataupun dengan emosi bernada tinggi yang berkepanjangan setiap hari,” kata Marlyn.

“Kontrol emosi dan kata-kata dari mulut Anda sebagai orangtua agar tidak mencederai harga diri dan kesejahteraan emosional dan perkembangan kesehatan mental anak Anda,” lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com