Sejumlah tanaman yang dulu dikenal berkhasiat sebagai obat dilarang peredarannya karena diolah menjadi narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Baca juga bagian pertama serial ini: Tanaman Obat yang Jadi Mudarat (1): Poppy dan Coca, Tanaman Obat yang Jadi Candu dan bagian kedua Tanaman Obat yang Jadi Mudarat (2): Politik Ganja hingga Berakhirnya Nasib Kratom
KETIKA pelaut Italia Amerigo Vespuci sampai di pantai Venezuela pada 1499, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah sekelompok orang suku mengunyah daun koka.
"Pipi mereka penuh dengan dedaunan hijau yang mereka kunyah seperti makhluk buas. Mereka sampai kesulitan bicara," catat Vespuci seperti dikutip dari A Brief History of Cocaine (2006).
Di Venezuela dan daratan Amerika Selatan lainnya, daun koka memang tumbuh subur. Selama ribuan tahun, suku-suku dan masyarakat peradaban di sana mengunyah daun koka.
Bagaimana tidak? Daun koka bisa membuat orang lupa akan lapar dan haus. Selain itu, daun koka bikin badan terasa enak. Kerja menjadi ringan tanpa pegal-pegal.
Budaya mengunyah daun koka ini awalnya dipandang buruk oleh orang-orang Spanyol yang pertama menduduki datatan Amerika Selatan.
Tanaman koka dituduh sebagai ciptaan iblis yang akan menghancurkan masyarakat. Namun setelah tahu khasiatnya, Kerajaan Spanyol mengekspornya dan menerapkan pajak.
Di dalam daun koka, terkandung alkaloid. Alkaloid adalah substansi organik yang punya efek memabukkan dan menstimuli.
Kandungan alkaloid baru bisa diekstraksi dari daun koka pada pada 1855. Ahli kimia asal Jerman yang pertama berhasil melakukannya dan menamai bubuk hasil ekstrasinya sebagai "cocaine"
Dunia medis saat itu tertolong dengan kehadiran kokain. Di Jerman, kokain digunakan sebagai bius lokal.
Begitu pula dunia olahraga. Balap jalan yang populer di Inggris kala itu, terbantu dengan adanya kokain.
Para atletnya mengunyah daun koka sehingga bisa berjalan hingga 24 jam lamanya. Koka masih legal dan dirayakan.
Di akhir abad 19, kokain mendunia setelah diolah menjadi minuman. Seorang apoteker asal Prancis bernama Angelo Mariani, mengolah wine dengan campuran koka. Kala itu wine digunakan untuk minum obat.
Mariani meraciknya dan menyuguhkannya ke seorang aktris terkenal yang mengeluh depresi. Setelah meminum wine koka itu, sang aktris membaik. Ia kemudian memberi tahu ke teman-temannya sesama aktris.
Pada tahun 1870, anggur koka racikan Mariani laris manis di seluruh penjuru Prancis. Ia mengembangkannya hingga ke London dan New York.
Mariani yang akrab dengan dunia hiburan, menggunakan ratusan artis sebagai model produknya. Ia memasang iklan jor-joran di koran dan sudut jalan di berbagai kota besar dunia.